Jumat 19 Jul 2013 16:00 WIB

Pelabuhan Ekspor-Impor Diusulkan Terpisah

Ekspor-impor (ilustrasi)
Ekspor-impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan Wanandi mengusulkan adanya pelabuhan terpisah untuk menampung masing-masing barang ekspor dan impor. "Yang kita usulkan satu khusus impor dan satu khusus ekspor. Mungkin PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN) untuk impor misalnya Tanjung Priok," katanya usai rapat koordinasi terkait fiskal, pajak, infrastruktur dan tenaga kerja dengan kementerian terkait di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (19/7).

Sofyan menilai banyaknya kontainer yang membawa barang baik ekspor maupun impor dalam satu pelabuhan menyebabkan kemacetan, sehingga distribusi terhambat dan menimbulkan kerugian bagi pengusaha. "Bayangkan saja, barang tidak bisa keluar berbulan-bulan, ternyata macetnya di sana (pelabuhan). Paling banyak 100 kontainer per hari, kalau ada 4.000 kontainer berarti 40 hari. Ini yang membuat macet total dan kerugiannya cukup banyak," paparnya.

Terkait kemacetan yang disebabkan antrean kontainer menjelang Idul Fitri, Sofyan mengusulkan harus ada crash program (program jangka pendek dan mendesak) untuk mengatasinya. "Kita mesti selesaikan sebanyak dan sesegera mungkin, kontainer langsung keluar dari kapal tanpa distop-stop dulu. Boleh dibongkar di Cikarang, pokoknya 'crash program'. Apapun dilakukan supaya tidak tambah macet di Tanjung Priok," ujarnya.

Dia mengatakan pemerintah juga perlu mengeluarkan solusi jangka panjang terkait kemacetan jalan di sekitar pelabuhan yang diakibatkan distribusi barang tersebut. Terkait biaya di luar pelabuhan yang tinggi, dia mengusulkan hal tersebut tidak bisa dijadikan alasan barang menumpuk di pelabuhan. "Kita punya barang lebih baik dijual, untuk apa ditahan-tahan. Justru, laku karena orang-orang perlu untuk Lebaran," katanya.

Sofyan juga mengusulkan agar Pelabuhan Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, segera dibangun untuk menampung sejumlah barang ekspor-impor yang menumpuk di satu pelabuhan. "Sudah dijanjikan biayanya dari Jepang miliaran dolar AS. Kita butuh beberapa pelabuhan, tidak bisa tiga tempat saja," katanya.

Menurut dia, setidaknya ada 10 pelabuhan di Pulau Jawa karena perekonomian nasional tergantung pada ekspor-impor. "Tidak bisa di Pulau Jawa yang begitu besar ekonomi industrinya cuma mengandalkan Tanjung Priok, Semarang dan Jawa Timur," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement