REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) siap melakukan lelang swap valuta asing (valas) untuk memperluas instrumen dalam negeri dan pemodal asing. Langkah tersebut diharapkan dapat membantu menjaga stabilitas moneter dan sistem keuangan.
Deputi Gubernur BI Bidang Pengawasan Moneter dan Rupiah, Perry Warjiyo, mengatakan selama ini BI dengan perbankan melakukan bilateral swap. Untuk memperluas instrumen, BI melakukan mekanisme lelang swap.
Perry menjelaskan, sebagai contoh, hari ini BI mengumumkan akan lelang swap dengan jumlah sekian triliun atau sekian dolar AS, kemudian akan ada penawaran yang masuk. "Nanti pasar tahu harga yang wajar berapa," ujar Perry warjiyo, Ahad (14/7).
Pembentukan harga diharapkan akan lebih transaparan. BI juga berharap lelang swap dapat memenuhi kebutuhan lindung nilai (hedging) swasta dan asing. Selain itu, lelang swap juga untuk mendukung pengelolaan likuiditas.
"Likuiditas juga menjadi certainty. Kalau sekarang kan secara bilateral, yang tahu antara BI dengan bank," ujar Perry.
BI saat ini tengah melihat kebutuhan valas di pasar. Perry mengatakan aliran modal asing sudah masuk kembali (inflow) ke tanah air meski belum besar. BI siap jika sewaktu-waktu lelang dilakukan.
BI juga tengah mempersiapkan repo dengan underlying SBN rupiah dan swap interbank. Kontrak untuk kedua produk tersebut masih dalam pembahasan. "Yang kita ingin lakukan mungkin tidak perlu nunggu semua bank. Jumlah bank yang penting sepakat dengan jumlah repo swap, itu yang terjadi akan kita dilakukan," ujar dia.
Kenaikan BI Rate dan Fasbi Rate kemungkinan akan memicu keketatan likuiditas jangka pendek di perbankan. Oleh karena itu, dengan adanya repo dengan underlying SBN, bank yang memiliki SBN dan SBI dapat datang ke BI sehingga likuiditas terjaga.