REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Masa depan Blok Mahakam di Kalimantan Timur yang habis masa konsesinya dengan Total E&P Indonesie pada 2017, akan dikelola sendiri. Menteri ESDM Jero Wacik memastikan rencana tersebut.
"Kita harus mengkaji secara jernih. Kepentingan nasional pasti akan diutamakan yang tentu dengan memperhitungkan Pertamina, termasuk masa transisinya, sehingga ke depan Mahakam kita yang kelola," katanya usai buka puasa bersama dengan pemangku kepentingan sektor ESDM di Jakarta, Jumat (12/7).
Menurut dia, saat ini, pemerintah masih mengkaji kelanjutan pengelolaan Blok Mahakam. "Nanti kita lihatlah, masih ada tahun ini dan tahun 2014," katanya.
Jero mengakui telah bertemu Wakil Presiden Senior Total E&P Asia Pacific, induk Total E&P Indonesie, Jean-Marie Gullermo yang menanyakan kepastian kelanjutan Mahakam pada Rabu (10/7). "Saya bilang kepada mereka tunggu saja, sedang kami evaluasi," katanya.
Dalam pertemuan dengan Wacik, Gullermo menawarkan 30 persen saham Mahakam kepada PT Pertamina (Persero) pasca-2017. Saham itu ditawarkan dalam masa transisi selama lima tahun (2017-2022).
Sementara, Dirut Pertamina Karen Agustiawan menyerahkan sepenuhnya besaran porsi saham Blok Mahakam pasca-2017 kepada pemerintah. "Kalau terkait saham, Pertamina tidak mau berdebat. Itu tergantung pemerintah," katanya.
Hanya saja, lanjutnya, ia tidak keberatan dengan masa transisi lima tahun pasca 2017. "Selama itu memberikan manfaat pengetahuan bagi Pertamina, itu tidak masalah," ujarnya.
Saham 30 persen yang ditawarkan Total ke Pertamina berasal dari 15 persen milik Total selaku operator Mahakam dan 15 persen dari mitranya, Inpex Corporation. Dengan skenario tersebut, saham Mahakam pasca-2017 terbagi menjadi 35 persen Total dari sebelumnya 50 persen, 35 persen Inpex dari semula 50 persen, dan 30 persen Pertamina.