Jumat 12 Jul 2013 11:03 WIB

Harga Daging Melonjak, Pemerintah Diminta Tak Salahkan Pedagang Kecil

  Suasana para penjual daging sapi di Pasar Tebet, Jakarta Selatan, Senin (4/2).   (Republika/Wihdan Hidayat)
Suasana para penjual daging sapi di Pasar Tebet, Jakarta Selatan, Senin (4/2). (Republika/Wihdan Hidayat)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Asnawi berharap pemerintah tidak menyalahkan pedagang kecil atas fluktuasi harga daging yang terjadi saat ini, karena penjual ritel mendapatkan pasokan dari pengusaha besar.

"Kalau dalam rapat koordinasi dikatakan yang bikin ulah itu ritel kecil, bagaimana bisa. Ritel kan dapat dari pemasok besar, kami terima barang dari sana harganya sudah tinggi," kata Asnawi di Jakarta, Jumat (12/7).

Ia mengatakan mahalnya harga daging sapi yang mencapai lebih dari Rp 100 ribu per kilogram, kemungkinan besar terjadi karena praktik nakal dari oknum pengusaha besar yang mencari keuntungan dengan menahan pasokan secara serentak. "Pengusaha besar ada yang melihat kesempatan, lalu serentak menahan pasokan. Buktinya walau saat rakor beberapa pekan lalu dikatakan pasokan siap, namun pasokan daging ayam kosong pascarakor, karena ditahan tidak dikeluarkan oleh pemain besar," ungkapnya.

Asnawi mengatakan kenaikan harga daging di sektor hulu atau pemasok cukup tinggi. Dengan demikian pedagang kecil terpaksa harus menaikkan harga di pasar untuk bisa menutup harga modal yang dikeluarkan. "Kami pedagang ritel itu 'jumpalitan' untuk menaikkan harga. Kalau tidak naik bisa gulung tikar semua pedagang kecil," ujarnya.

Menurut Asnawi, lonjakan harga daging sapi di pasar juga disebabkan kurangnya sarana dan prasarana transportasi khusus untuk distribusi. "Ketika pemerintah melakukan pembatasan kuota impor, tidak diikuti dengan sarana dan prasarana alat transportasi yang memadai. Sehingga kondisi transportasi hewan di daerah surplus hewan tidak terkondisikan," tuturnya.

Ia menambahkan untuk bisa menghentikan fluktuasi harga daging, pemerintah perlu mengkondisikan armada darat, laut dan udara, khusus mengangkut hewan ternak, sehingga ongkos distribusi bisa ditekan. "Di daerah surplus seperti NTB itu sebenarnya daging sapi murah, walau kualitasnya tidak seperti sapi impor atau sapi hasil persilangan antara sapi lokal dan impor. Tapi karena biaya distribusi mahal sehingga harga daging menjadi mahal," katanya.

Asnawi mengungkapkan APDI telah menyampaikan permasalahan transportasi kepada pemerintah dan pemerintah menurut dia mengaku telah sampai pada tahap pelaksanaan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement