Kamis 11 Jul 2013 15:47 WIB

DEN : Perlu Reorientasi Pengelolaan Energi Nasional

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Transmisi listrik PLN
Foto: M Syakir/Republika
Transmisi listrik PLN

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Energi Nasional (DEN) menyoroti ketidakseimbangan antara sisi penyediaan dan peningkatan energi. Di dalam negeri, laju pertumbuhan konsumsi energi dalam beberapa tahun terakhir lebih cepat dengan kemampuan penyediaan.

Anggota DEN Tumiran mengatakan perlu reorientasi terhadap kebijakan energi. Apalagi dilihat dari ketahanan energi, Indonesia masih berada di peringkat 60. DEN perlu memastikan adanya cadangan energi, apalagi Indonesia pun  belum punya cadangan strategis. "Padahal ini dibutuhkan agar  industri, ekonomi dan sosial tetap sustain sebagai suatu negara," ujarnya saat dialog energi di Balai Kartini, Kamis (11/7).

Indonesia seharusnya tidak bergantung pada impor energi.  Industri dalam negeri harus masuk dalam industri subsitusi energi. Di negara lain misalnya, terdapat cadangan penyangga dan operasional di berbagai titik. Sehingga secara ekonomi sosoial, industri mereka stabil karena cadangannya cukup dan  kuat. Pertumbuhan energi juga harus menciptakan lapangan kerja yg baru. Infrastruktur juga perlu menjadi prioritas.

Anggota DEN Herman Daniel Ibrahim mengatakan ketahanan energi belum terwujud di negeri ini. Adapun ketahanan energi merupakan kondisi terjaminya aset, pasokan dan  diiiringi harga yang terjangkau masyarakat. Selain itu tetap memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan.

Saat ini konsumsi energi di Indonesia juga masih kecil, jauh diatas rata-rata ASEAN per kapita.  Masih terdapat pula disparitas untuk wilayah Jawa, luar Jawa dan Indonesia Timur. Selain itu akses energi juga masih terbatas."Padahal sumber energi kita beraham, tapi tetap kita tidak kaya energi," ujarnya.

Pada tahun 2025 rasio elektrifikasi ditargetkan sudah mendekati 100 persen. Kini baru mendekati 70 persen. Lalu  bauran energi  sebesar 30 persen. Sementara itu energi baru terbarukan ditargetkan  naik dari 23 persen dan lebih 30 persen pada 2030.

Saat ini Indonesia hanya punya cadangan operasional dari Perushaan Listrik Nasional (PLN) dan Pertamina. Padahal negara ini juga masih membutuhkan cadangan penyanggah untuk kondisi khusus. Di Jepang misalnya, pemerintah stabil menyediakan energi cadangan penyanggah untuk sekitar 8 bulan. Apabila misalnya terjadi gempa, listrik di Jepang tetap menyala.

Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Bappenas, Endang Murnijingtyas mengatakan saat ini masalah lingkungan kerap terlupakan dalam pembahasan energi terbarukan. Apalagi setelah ada tren penurunan emisi, seharusnya di bidang energi lebih fokus pada efisiensi,"Masih perlu menginternalkan dampak ekonomi terhadap lingkungan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement