REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung memberikan subsidi beberapa komoditas yang dijual di pasar murah sebesar Rp 34,3 juta.
"Pada kegiatan ini, Bank Indonesia berperan menyediakan subsidi beberapa komoditas yang dijual pada pasar murah, agar masyarakat yang berdaya beli rendah dapat terbantu untuk memperoleh kebutuhan pokok dengan harga terjangkau," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Andang Setyobudi di Bandarlampung, Selasa (9/7).
Ia mengatakan bahwa BI bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Lampung menggelar pasar murah di beberapa titik yang masyarakatnya berdaya beli rendah, dengan menyediakan berbagai komoditas dengan harga terjangkau. Pelaksanaan pasar murah bersubsidi itu lanjutnya, berlangsung di empat titik, yakni di Lapangan Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan (2-4 Juli 2013), Lapangan Kecamatan Way Dadi, Kota Bandar Lampung (4-6 Juli), Lapangan Desa Banyumas, Kabupaten Pringsewu (22-24 Juli), dan Lapangan Pusat Pemasaran Bersama Pidada Kecamatan Panjang (29-31 Juli).
Beberapa komoditas yang dibantu diberikan subsidi oleh Kantor Perwakilan BI Provinsi Lampung, yakni daging sapi Rp 20 ribu per kilogram (kg), daging ayam broiler Rp 10 ribu per kg, bawang merah Rp 7.000 per kg, bawang putih Rp 3.000 per kg, cabai merah Rp 6.000 per kg, dan tomat Rp 3.000 per kg.
Di sisi lain menurut dia, dalam upaya pengendalian inflasi di Kota Bandar Lampung, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, bekerja sama dengan Pemprov Lampung beserta satuan kerja perangkat daerah terkait, dalam ruang lingkup Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Lampung secara berkesinambungan melakukan upaya-upaya yang bertujuan untuk mengendalikan laju inflasi di kota ini pada tingkat yang rendah dan stabil.
Upaya tersebut lanjutnya, dilakukan dalam bentuk penyampaian imbauan kepada masyarakat agar tidak melakukan konsumsi atau belanja secara berlebihan. "Selain itu, juga secara langsung turun ke lapangan dengan menyelenggarakan pasar murah ke daerah-daerah yang masyarakatnya berdaya beli rendah," tambah Andang.