REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan pemerintah menginstruksikan Perum Bulog mengimpor sebanyak 3000 ton daging sapi beku dipandang efektif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun, hal itu belum efektif untuk stabilkan harga.
Pengamat IPB Nunung Nuryartono mengatakan, kenaikan harga daging dan sembako lebih dipengaruhi permainan pasar.
"Dan kenaikan harga itu terus berulang saat puasa," kata dia seusai diskusi Kenaikan BBM dan Dampaknya Terhadap Harga Bahan Pangan, Kamis (4/7) sore, di Hipmi Center, Jakarta.
Masalah kenaikan harga, kata dia, sudah menjadi rutinitas sebelum dan saat puasa. Proses kenaikan harga sembako dan daging merupakan bentuk cari untung para pedagang. Mereka bersiap-siap sebelum harga benar-benar melonjak.
Hal itu sama halnya dengan kejadian naiknya harga sebelum dan sesudah ketok palu tarif baru BBM bersubsidi.
Menurut Nunung, setiap kementerian harus bersinergi agar lonjakan harga dan kekurangan pasokan pangan bisa diantisipasi saat Ramadhan tiba. Semisal, Kementerian PU mengurusi masalah irigasi, Kementerian Keuangan mencari postur anggaran yang tepat, dan Kementerian Perhubungan mengurusi masalah distribusi.