Senin 01 Jul 2013 14:21 WIB

Dengan Sistem IT, BRI Kelola 7,6 Juta Debitur KUR

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Nasabah mendapatkan pelayanan dari petugas di Kantor Cabang PT Bank Rakyat Indonesia.
Foto: ANTARA/Teresa May
Nasabah mendapatkan pelayanan dari petugas di Kantor Cabang PT Bank Rakyat Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sistem teknologi informasi (TI) sangat diperlukan bagi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) untuk mengelola debitur kredit usaha rakyat (KUR). Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Sofyan Basir mengatakan BRI merupakan pengelola debitur KUR terbanyak.

"BRI mengelola 7,62 juta debitur atau 92,33 persen dari total debitur nasional," kata Sofyan dalam Business Executive Gathering 2012 Kementerian BUMN di Jakarta, Senin (1/7).

BRI merupakan perbankan yang memiliki cabang yang hampir menjelajahi seluruh wilayah di Indonesia. Sistem TI yang tangguh diperlukan untuk mempermudah perseroan dalam menyalurkan kredit, termasuk KUR. Hingga Maret 2013 perseroan pelat merah ini telah menyalurkan KUR sebesar Rp 6,05 triliun atau 52,56 persen dari total KUR yang disalurkan pemerintah.

Sofyan menilai perbankan dapat tidak lepas dari sistem TI. "Akurasi merupakan hal yang utama sehingga tanpa teknologi ini tidak bisa dilakukan," kata Sofyan.

BRI pertama kali menerapkan sistem TI secara online pada 2003. Ketika itu hanya 607 kantor cabang BRI yang menerapkan sistem tersebut. Sistem TI baru diterapkan di seluruh kantor cabang pada 2009, yaitu kepada 6.341 kantor. Saat ini perseroan telah memiliki 9.101 kantor cabang.

Hasilnya, BRI mencatat pertumbuhan kinerja yang signifikan. Pada 2009 perseroan mencatat laba bersih sebesar Rp 7,3 triliun. Laba bersih ini tumbuh lebih dari dua kali lipat pada akhir 2012 menjadi Rp 18,5 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement