Kamis 27 Jun 2013 17:16 WIB

Pengusaha Keluhkan Dampak Embargo AS Terhadap Iran

Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)
Foto: sustainabilityninja.com
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengusaha Indonesia mengeluhkan dampak embargo Amerika Serikat (AS) terhadap Iran yang berakibat susahnya transit komoditi ekspor menuju negara importir seperti Kazahkstan. "Sejak ada embargo AS itu membuat produk ban kami lebih sulit untuk diekspor ke Kazakhstan," kata Direktur PT Multistrada, Uthan Sadikin, seusai menghadiri acara Meja Bundar Kerja sama Kazakhstan-Indonesia untuk Kemakmuran di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (27/6).

Dia mengatakan setelah adanya embargo produk dari dan ke Iran oleh AS, pihaknya terpaksa mengalihkan jalur distribusi ban melalui Cina sejak tahun 2012. Jalur distribusi itu, masih menurut Uthan, lebih banyak memakan biaya dan waktu. "Iran merupakan negara yang paling mudah untuk dijadikan kawasan transit barang menuju Kazakhstan. Berbeda halnya dengan Cina yang memaksa distribusi harus melalui jalur darat lebih lama. Singkatnya efisiensi waktu dan biaya lebih menguntungkan melalui Iran," kata dia.

Menurut Uthan, durasi pengiriman produk menuju Kazakhstan bisa memakan waktu sekitar satu bulan berbeda jika melalui Iran yang hanya setengahnya. "Ban harus kami kirim melewati Malaysia kemudian menuju Chengdu, Cina. Selanjutnya diteruskan menuju Kazakhstan," terangnya.

PT Multistrada sebagai salah satu produsen ban lokal memasok kebutuhan ban dalam negeri dan luar negeri. Untuk pasar domestik khususnya di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, penjualan ban dari perusahaan yang berbasis di Cikarang tersebut mencapai sekitar 3 juta ban per tahun. Sedangkan pasar di Kazakhstan mencapai 2,6 juta ban per tahun. "Volume ekspor kami ke Kazakhstan hampir setara dengan pasar ban di Jawa Tengah ditambah Jawa Timur," kata dia.

Senada dengan Uthan, Penasehat Senior urusan Ekonomi dan Sosio-Kultural Kementerian Luar Negeri Mohamad Wahid Supriyadi mengatakan, masalah logistik merupakan isu paling penting jika berbicara masalah hubungan ekonomi Indonesia-Kazakhstan. "Logistik merupakan isu yang paling penting untuk diperbaiki demi perbaikan hubungan ekonomi kedua negara," kata dia.

Selain itu menurutnya kendala bahasa juga menjadi faktor lain dalam menjalin hubungan dagang dengan negara pecahan Uni Sovyet itu. "Banyak dari pengusaha kedua negara yang tidak menguasai Bahasa Inggris dengan baik. Masing-masing dari mereka hanya bisa bahasa negaranya sendiri," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement