Kamis 27 Jun 2013 16:55 WIB

Mendag: Hadapi MEA, Indonesia Harus Lembur

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Nidia Zuraya
Gita Wirjawan
Foto: Antara/Fanny Octavianus
Gita Wirjawan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menegaskan, Indonesia harus bekerja lembur dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 mendatang. Menurutnya, ada banyak hal yang harus dibenahi Indonesia untuk menghadapi MEA 2015.

Dia mencontohkan, bidang-bidang seperti pelabuhan sampai iklim investasi, masih belum siap. Kondisi tersebut, lanjutnya, tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan di negara-negara kawasan Asia Tenggara. “Tetapi kita harus lembur. Banyak yang harus dibenahi,” tuturnya saat di acara ASEAN Trade Processing Conference di Jakarta, Kamis (27/6).

Padahal, lanjut Gita, dengan adanya MEA 2015 Indonesia bergerak mengarah ke liberalisasi dan globalisasi dan menjadi komunitas one single window. Padahal, tambahnya, Indonesia memiliki potensi di MEA 2015. Hal ini karena pada tahun 2033 mendatang, nilai konsumsi domestik secara kumulatif mencapai Rp 36 triliun dolar AS.  “Jadi dengan tingginya konsumsi maka banyak dibutuhkan produk-produk yang dibutuhkan,” ujarnya.

Tidak hanya itu, dia menambahkan,  Indonesia sudah memiliki anugrah kelebihan posisi demografis. Selain itu Indonesia sudah dipercaya menjadi tuan rumah Kerja Sama Pertemuan Ekonomi Asia Pasific (APEC) 2013 di Pulau Bali, di mana para pemimpin APEC akan hadir disana. Dia mengingatkan, fakta ini bagus jika Indonesia siap bergerak. Tapi menjadi hal yang tidak bagus jika Indonesia tidak siap. “Untuk itu, kami ingin Indonesia siap untuk berkompetisi dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Singapura,” ucapnya.

Dia juga mengingatkan, agar eksportir memainkan peran dalam MEA 2015. Memang, lanjutnya, Indonesia sudah memiliki idealisme dalam menghadapi MEA. Tetapi, dia melanjutkan, kemungkinan Indonesia tidak bisa maksimal mencapai titik idealisme, seperti yg diaspirasikan seluruh anggota ASEAN. 

“Jadi mungkin kesiapan kita tidak mencapai 100 persen, tetapi 90 sampai 95 persen,” tuturnya. Ditambahkan Gita, sebenarnya perasaan berat dalam menghadapi MEA tidak hanya dialami Indonesia, melainkan Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement