REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Muamalat Tbk memutuskan untuk menunda rencana Penawaran Umum Terbatas dan Penawaran Umum. Sekretaris Perusahaan Meitra Ninanda Sari mengatakan hal ini dilakukan mengingat kondisi pasar yang tengah bergejolak dan terus mengalami penurunan.
"Aksi korporasi ini akan dilanjutkan dalam waktu segera setelah kondisi pasar menjadi lebih stabil dan para investor memperoleh kepastian yang lebih jelas," kata Meitra dalam siaran persnya, belum lama ini.
Sentimen negatif atas ketidakpastian kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, tekanan atas mata uang Rupiah akibat aliran keluarnya dana asing dan juga kekhawatiran meningkatnya inflasi telah membuat investor menahan diri untuk berinvestasi di pasar modal. Namun investor berpandangan positif terhadap kondisi fundamental bank syariah pertama di Indonesia tersebut.
Investor tertarik dengan keahlian Bank Muamalat di sektor perbankan, khususnya di perbankan syariah. Investor juga tertarik dengan pertumbuhan substansial Bank Muamalat dalam beberapa tahun terakhir dan meyakini Bank Muamalat memiliki potensi pertumbuhan yang sangat tinggi.
Aset Bank Muamalat berlipat hampir tiga kali dari sejak 2009, yaitu Rp 16,0 triliun menjadi Rp 44,9 triliun pada 2012. Pertumbuhan laba sebelum pajak tercatat 706 persen dari Rp 65 miliar menjadi Rp 522 miliar di 2012. Perseroan juga menbukukan pertumbuhan aset dengan penurunan non performing financing (NPF dari 4,73 persen menjadi 2,09 persen.
Penawaran umum akan dilakukan setelah kondisi pasar lebih stabil. Hal ini dilakukan agar investor memperoleh kepastian terkait kondisi pasar. "PT Bahana Securities dan PT CIMB Securities Indonesia akan tetap bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek," kata Meitra.