REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serikat pekerja Freeport McMoran Copper and Gold Inc mengancam mogok kerja tanpa batas terhitung mulai besok, Jumat (14/6). Ancaman tersebut dilakukan jika perusahaan tidak menangguhkan pejabat yang dicurigai bertanggung jawab terhadap runtuhnya terowongan Big Gossan bulan lalu.
Freeport menghentikan operasi di tambang tembaga nomor dua di dunia yang berada di daerah terpencil Papua Barat pada 15 Mei 2013 lalu atau sehari setelah area pelatihan dalam terowongan ambruk. Insiden di terowongan bawah tanah tersebut menewaskan 28 orang pekerja.
Perusahaan menyatakan force majeure pada Rabu (12/6) lalu untuk membebaskan diri dari kewajiban mengirimkan konsentrat tembaga dari tambang Grasberg. Pekerja tambang telah melakukan usaha pemeliharaan sejak terowongan runtuh.
Dalam sebuah surat yang dikirim ke manajemen Freeport pada Senin (10/6) lalu, serikat pekerja menyatakan lima pejabat perusahaan diduga bertanggung jawab atas kecelakaan fatal tersebut.
"Mereka harus dikirim ke rumah sementara penyidikan terhadap penyebab kecelakaan masih berlangsung," ujar pejabat serikat pekerja, Virgo Solossa seperti dikutip Reuters, Kamis (13/6).
Menurutnya, serikat pekerja telah menetapkan batas waktu hingga 14 Juni 2013 kepada manajemen Freeport. "Kami kemudian meminta semua pekerja untuk berhenti bekerja dan menarik diri dari situs operasi," ujar Solossa.