REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 100 lebih pengusaha golongan usaha kecil dan menengah (UKM) bergerak di bidang manufaktur boneka dan mainan akan menggelar Pekan Kreatifitas Boneka Indonesia 2013 selama tiga hari di akhir November tahun ini.
"Kegiatan ini untuk mendorong kreatifitas pelaku industri boneka dan mainan semakin meningkat sehingga bisa bersaing di pasar global," kata pemrakarsa acara Pekan Kreatifitas Boneka Indonesia 2013 sekaligus Direktur PT Leonsehati Katharina Gosal dalam acara 'Kick Off Pekan Kreatifitas Boneka Indonesia 2013' di Jakarta, Kamis (13/6).
Ia mengatakan, pada kesempatan itu nantinya lebih dari 100 UKM yang bergerak di bidang industri boneka dan mainan akan berpartisipasi dalam acara tersebut. Selain itu berbagai mitra pengusaha pembuatan boneka seperti perusahaan penyediaan bahan baku, pembeli produk akhir boneka dan mainan dari dalam dan luar negeri, asosiasi yang berorientasi industri kreatif seperti Asosiasi Pengusaha Mainan Indonesia (APMI), hingga organisasi perdagangan dan ekonomi EKONID akan turut berpartisipasi acara yang direncanakan menjadi agenda tahunan berskala internasional.
"Kami berharap UKM boneka bisa bersaing secara ide dan kualitas di pasar global dan meningkatkan kesejahteraan hidup para pelaku di dalamnya terutama pelaku usaha kelas menengah ke bawah," ujarnya.
Ia mengatakan, selama ini para pelaku usaha industri boneka atau mainan di Indonesia terutama yang masih berskala industri rumahan hampir selalu menghadapi masalah dalam pengembangan usaha mereka. Mereka masih sekadar mengerjakan pesanan sehingga tidak bisa mengembangkan ide dan kreatifitas sendiri.
Selain itu, akses mereka terhadap kebutuhan para pembeli juga rendah atau dengan kata lain pengusaha kurang mengetahui jenis boneka atau mainan yang diinginkan pasar. Katharina mengatakan keterbatasan itu pula yang membuat para pelaku usaha di bidang industri boneka di Indonesia menjadi lemah kedudukannya saat berhadapan dengan para buyer baik dari dalam maupun di luar negeri.
"Hal itu terutama dari segi negosiasi harga maupun dari bentuk kreatifitas boneka yang dikerjakan," katanya.
Kendala lain yang dihadapi adalah bahan baku yang masih dimonopoli segelintir pemasok, kurangnya komunikasi dengan para pembuat kebijakan, dan skala bisnis yang masih kecil dengan modal yang sangat terbatas.