REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pemerintah Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) berencana mengekspor kambing dan sapi ke Indonesia, guna memenuhi kebutuhan daging, terutama pada hari raya keagamaan khusunya Idul Fitri dan Idul Adha.
Menteri Muda Peternakan RDTL, Valentino Varela, kepada wartawan di Kupang, Rabu (5/6) usai bertemu Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Frans Lebu Raya, mengatakan, peluang untuk mengekspor ternak ke Indonesia belum sepenuhnya dibuka oleh pemerintah, sehingga masih perlu pembicaraan lebih lanjut. Dia menuturkan, populasi kambing di Timor Leste yang saat ini mencapai tiga juta ekor sangat dimungkinkan diekspor ke Indonesia, untuk memenuhi kebutuhan daging yang selama ini lebih banyak diimpor dari Australia.
Dia menjelaskan, tujuan kunjungannya ke NTT kali ini selain untuk menjajaki kerja sama di bidang peternakan, juga dalam upaya pencegahan penyakit menular pada hewan di daerah perbatasan, sehingga tidak merugikan kedua negara terutama masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan. "Hingga saat ini, penyakit menular pada hewan yang masih perlu diwaspadai adalah Brucelosis, SE, Hog Colera dan Rabies. Dengan begitu, penyebaran empat jenis penyakit menular pada hewan ini perlu diantisipasi secara dini," tuturnya.
Menurutnya, selain menjajaki kerja sama di bidang peternakan, sebagai wakil Pemerintah RDTL datang menyampaikan kepada Gubernur NTT, bahwa sudah ada izin dari Jakarta, untuk memberikan kesempatan bagi Timor Leste mengekspor ternak melalui tiga pintu perbatasan yakni di Kefamenanu di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) serta di Kabupaten Belu melalui Atapupu dan Betun.
Dia mengatakan, penyampaian ini sangat penting, sebab selain sebagai unsur pimpinan di daerah Gubernur NTT perlu tahu tentang kebijakan pemerintah pusat tersebut. "Alangkah sangat tidak bijaksananya kami, kalau hal itu tidak diberitahukan kepada pemerintah NTT sebagai tetangga terdekat," katanya.