REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Pembangunan Asia (ADB) mencatat pasar obligasi korporasi di Indonesia tumbuh tertinggi di kawasan Asia Timur, mencapai 26,9 persen (year-on-year) menjadi 20 miliar dolar AS. Pertumbuhan itu diikuti oleh Republik Rakyat Cina (RRC) yang memiliki pasar obligasi korporasi terbesar di kawasan ini senilai 1,1 triliun dolar AS, atau meningkat 25,3 persen.
Laporan itu termuat dalam Asia Bond Monitor edisi terbaru terbitan Asian Development Bank (ADB) seperti dikutip dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (4/6). Sementara pasar obligasi mata uang lokal Indonesia tumbuh sebesar 13,9 persen per tahun dan 5,9 persen per kuartal menjadi 119 milyar dolar AS pada akhir Maret. Sedangkan pasar obligasi pemerintah tumbuh sebesar 11,6 persen menjadi 98 miliar dolar AS pada periode yang sama.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa kepemilikan asing pada obligasi pemerintah dalam mata uang lokal di kawasan Asia Timur terus tumbuh pada kuartal pertama, karena imbal hasil (yields) di kawasan tersebut masih lebih menarik dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Eropa. Sedangkan persepsi kualitas kredit Asia adalah setara atau bahkan lebih tinggi bila dibandingkan dengan ekonomi maju tersebut.
Di Indonesia, kepemilikan asing mencapai 32,6 persen dari obligasi pemerintah dalam mata uang rupiah pada akhir Maret, dan termasuk yang terbesar di kawasan Asia Timur yang sedang berkembang. Malaysia berada di urutan selanjutnya dengan kepemilikan asing sebesar 31,2 persen. Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah cenderung mengalami penurunan sejak akhir 2012 di kawasan ini, karena inflasi berada dalam tingkat sedang, dan tingkat suku bunga acuan umumnya tidak berubah.
Pengecualian terjadi di Hong Kong, Cina, Indonesia dan Singapura, di mana imbal hasil bagi banyak obligasi pemerintah meningkat sejak awal 2013 akibat kekhawatiran inflasi Sedangkan untuk kawasan Asia Timur, pasar obligasi tumbuh sebesar 12,1 persen year-on-year menjadi 6,7 triliun dolar AS pada akhir Maret 2013 didorong pertumbuhan dua digit pada obligasi korporasi.
"Kita akan melihat pertumbuhan lebih tinggi lagi di pasar obligasi, mengingat terus berkembangnya ekonomi di kawasan ini, dan makin nyamannya investor lokal dan asing untuk meminjam dalam mata uang lokal," kata Kepala Kantor Integrasi Ekonomi Regional ADB Iwan Jaya Azis,
Menurut Iwan, pemerintah dan perusahaan di kawasan ini juga mampu mengelola pinjaman dengan lebih baik dibandingkan dengan satu dekade yang lalu. Pasar obligasi lokal di kawasan tersebut saat ini memiliki porsi yang makin besar terhadap ekonominya dibandingkan tiga bulan atau tahun lalu, tepatnya sebesar 54,8 persen dari Produk Domestik Bruto pada akhir Maret dibandingkan dengan 54,6 persen pada akhir Desember 2012 dan 52,8 peresn pada akhir Maret 2012.
Pasar obligasi korporasi di kawasan ini bertumbuh sebesar 19,5 persen (year-on-year) dan 4,6 persen (quarter-on-quarter) menjadi 2,4 triliun dolar AS pada akhir Maret. Pada saat yang sama, pasar obligasi pemerintah cenderung tumbuh lebih perlahan, yaitu 8,3 persen per tahun dan 2,0 persen per kuartal menjadi 4,3 triliun dolar AS.