REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) memprediksi harga jual batu bara pada semester II/2013 belum stabil karena persediaan di pasar internasional masih melimpah.
"Memang dalam berbisnis itu ada pasang-surut dan itu hal wajar, namun kami tetap optimistis untuk bisa mengangkat nilai jual batu bara Indonesia," kata Ketua APBI Bob Kamandanu di Nusa Dua, Bali, Senin (3/6).
Ia menyebutkan bahwa harga batu bara acuan (HBA) yang diterbitkan Ditjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM pada Maret 2013 sebesar 90,09 dolar AS per ton, sedangkan harga jual patokan batu bara versi pemerintah Indonesia itu naik sekitar 2 persen dari HBA yang ditetapkan per Februari lalu, yaitu 88,35 dolar AS per ton. Beberapa permasalahan yang mengakibatkan harga jual batu bara anjlok adalah banyak pemain lama yang saat ini menggenjot produksinya untuk meningkatkan nilai ekspor.
Selain itu, Amerika Serikat dan Cina yang sebelumnya tidak bermain batu bara, kini memanfaatkan batu bara dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan nasionalnya. Sedangkan Cina yang selama ini mengimpor batu bara terbesar dari Indonesia, saat ini mengurangi impornya dan cenderung memanfaatkan produksi dalam negerinya.
"Dengan demikan kami akan berusaha melakukan lobi bersama pemerintah untuk mencari pangsa pasar baru selain negera-negara yang selama ini menjadi pemakai batu bara loreng dari Indonesia," katanya.