Kamis 30 May 2013 15:46 WIB

Permintaan Batu Bara Indonesia Meningkat Tiga Tahun ke Depan

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Nidia Zuraya
Tambang batu bara
Tambang batu bara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei mengenai tren industri pertambangan di Indonesia, Mine Indonesia 2013 yang dilakukan oleh PwC Indonesia, menunjukkan bahwa permintaan Indonesia akan batu bara dan mineral utama akan meningkat dalam tiga tahun mendatang. Terdapat indikasi yang mendukung pandangan ini dari sisi peningkatan harga batu bara dan mineral, kecuali emas, selama kuartal pertama di tahun 2013.

Partner Tax Service PT Prima Wacana Caraka Ali Mardi mengatakan, hal ini sejalan dengan keyakinan atas masa depan industri pertambangan di Indonesia, mayoritas responden yakin masih ada cadangan dengan jumlah yang signifikan dapat ditemukan di Indonesia. Konsisten dengan pandangan peserta survei mengenai kenaikan permintaan batubara termal dalam tiga tahun mendatang, para responden juga berharap harga batubara termal akan meningkat secara stabil.

''Tren yang serupa juga berlaku untuk batu bara coke (coking coal), namun dengan kenaikan yang lebih rendah,'' kata dia pada acara Peluncuran Survei PWC Survey Mining Indonesia 2013 di Hotel Four Season, Jakarta , Kamis (30/5) siang.

Dalam hal iklim investasi, kata Ali, para responden masih terus melaporkan situasi yang tidak menguntungkan. Yang terbaru adalah survei Fraser Institute yang hasilnya diterbitkan pada Februari 2013, yang menempatkan Indonesia dalam posisi terburuk dalam hal potensi kebijakan dibandingkan dengan 95 negara lain. Hal ini berimplikasi Indonesia hanya memperoleh bagian yang sangat kecil, kurang dari tiga persen dari pengeluaran eksplorasi global.

Namun, lanjut dia, meski dengan persepsi seperti ini, 83 persen dari peserta survei menyatakan akan meningkatkan aktivitas investasinya di Indonesia.

Sebagian responden survei tersebut, ujar Ali, berpendapat mereka akan terus mengakuisisi cadangan (45 persen) dan meningkatkan pengeluaran modal (30 persen). Mayoritas responden (59 persen) memperkirakan, sumber pendanaan utama dari peningkatan modal akan datang dari pinjaman pihak ketiga. Kecenderungan untuk menggunakan dana pihak ketiga (terutama pinjaman) sepertinya masuk akal mengingat tingkat bunga yang rendah saat ini di tingkat global.

Terkait dengan tenaga kerja, menurut Ali, jumlah pekerja yang langsung dipekerjakan oleh para responden terus meningkat. Meski ada kekhawatiran mengenai dampak krisis keuangan global, para pegawai di sektor pertambangan Indonesia tidak terpengaruh oleh pengurangan tenaga kerja dan antara 2008 dan 2011, jumlah pekerja langsung meningkat hampir 15 persen dari sekitar 42 ribu pegawai menjadi 48 ribu pegawai.

Sebagian besar responden (65 persen) memperkirakan, tingkat lapangan kerja di sektor pertambangan Indonesia akan menurun meski ada keyakinan bahwa cadangan potensial yang signifikan ada di Inonesia. Tidak mengherankan bahwa 74 persen dari peserta survei memperkirakan tidak akan ada kesulitan yang berarti dalam mempekerjakan dan mempertahankan pegawai. Sebagian besar responden percaya Indonesia memiliki jumlah staf terampil yang memadai dalam industri pertambangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement