Jumat 24 May 2013 20:38 WIB

Ekonom: BLSM Harus dari Dana Pengurangan Subsidi BBM

Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).   (ilustrasi)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ekonom Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten, Dahnil Anzar Simanjuntak menegaskan, Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) merupakan pilihan rasional untuk mengatasi dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Menurut dia, kenaikan harga BBM akan menyebabkan inflasi yang memukul KO daya beli masyarakat berada di bawah garis kemiskinan. 

"Melalui BLSM, beban jangka pendek karena inflasi yang ditanggung masyarakat miskin bisa dikurangi walaupun tetap dengan risiko kenaikan jumlah penduduk miskin, karena masyarakat yang hampir miskin dan tidak memperoleh BLSM bisa menjadi penduduk miskin karena inflasi tersebut," tutur Dahnil kepada ROL, Jumat (24/5).

Namun, kata dia, argumentasi BLSM sebagai solusi jangka pendek masih rasional apabila dana yang digunakan berasal dari dana pengurangan subsidi BBM. 

"Tetapi apabila berasal dari dana utang, jelas ini justru menjadi masalah jangka pendek dan panjang sekaligus, karena beban utang di masa yang akan datang akan menjadi masalah pelik," ungkapnya.

Dahnil mengingatkan  BLSM yang berasal dari utang luar negeri jelas mengganggu produktivitas APBN di masa yang akan datang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement