Selasa 21 May 2013 16:43 WIB

Insiden Freeport Bisa Akibatkan Penerimaan Negara Turun

Ladang tambang terbuka yang dikelola PT Freeport Indonesia di Grasberg, Tembagapura, Timika, Papua.
Foto: Antara
Ladang tambang terbuka yang dikelola PT Freeport Indonesia di Grasberg, Tembagapura, Timika, Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memperkirakan penerimaan negara bakal turun akibat insiden runtuhnya terowongan tambang bawah tanah Big Gossan, Papua, yang dioperasikan PT Freeport Indonesia.

Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Thamrin Sihite mengatakan kegiatan produksi tambang Freeport telah dihentikan sejak 14 Mei 2013 hingga waktu yang belum ditentukan."Kami fokus pada upaya penyelamatan pekerja. Kegiatan tambang di sana (Papua), dihentikan sementara," katanya di Jakarta, Selasa (21/5).

Namun, ia mengaku tidak mengetahui secara pasti potensi kehilangan penerimaan negara akibat penghentian produksi Freeport tersebut. Tambang Freeport menghasilkan produk terutama emas dan tembaga.

Produksi emas Freeport kuartal pertama 2013 tercatat 212 ribu troy ounce. Satu troy ounce setara sekitar 31 gram. Sementara, realisasi penjualan emas periode sama mencapai 191 ribu troy ounce.

Pada 2013, Freeport menargetkan produksi emas hingga 1,3 juta troy ounce atau lebih tinggi 44,4 persen dibandingkan 2012 sebesar 900 ribu troy ounce. Sementara, produksi bijih pada 2012 tercatat 165 ribu ton per hari.

Menurut Thamrin, saat ini, kegiatan pertambangan hanya berupa pemeliharaan agar peralatan khususnya pompa tetap terjaga. "Kalau maintanance juga terhenti, bisa bahaya," katanya.

Ia memastikan, saat kejadian, pekerja Freeport tengah mengikuti pelatihan dan bukan kegiatan penambangan. "Pelatihan ini sebagai upaya penyegaran," katanya.

Thamrin juga mengaku belum mengetahui sanksi yang dikenakan kepada Freeport atas kejadian tersebut. "Nanti kami lihat, sekarang sedang diinvestigasi. Tim kami sedang berada di sana," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement