REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai kurs rupiah terhadap dolar AS per harinya bergantung pada supply and demand. Ekonom senior Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan menjelaskan pasokan dolar AS umumnya berasal dari investor asing, eksportir dan Bank Indonesia (BI).
Terkait pelemahan nilai rupiah, Fauzi menduga itu diakibatkan eksportir yang masih menahan dolar AS, sedangkan investor asing dan BI telah melepas dolar AS ke pasar.
Sementara untuk memenuhi kebutuhan dolar AS bagi Pertamina atau PLN, korporasi yang harus membayar, sehingga utang luar negeri meningkat pesat.
"Jadi, kebutuhan dolar AS makin tinggi, tapi pasokan dolar di pasar valas itu terbatas," ujar Fauzi, Jumat (17/5). Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, Jumat (17/5), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di titik Rp 9.763 per dolar AS.
Sebelumnya pada Senin (13/5), nilai tukar rupiah berada di angka Rp 9.740. Kemudian pada Selasa (14/5) hingga Kamis (16/5), rupiah mengalami pelemahan menjadi Rp 9.750.
Fauzi menjelaskan pelemahan ini bukan berarti dana dolar AS di pasaran tidak tersedia. Sebagai contoh, cadangan devisa Indonesia berdasarkan data BI per April 2013 tercatat 107,2 miliar dolar AS.
"Tapi kenapa para penahan dolar AS ini belum menjual dolar AS ke pasar valas, pertanyaannya itu. Intinya ini terkait kepercayaan," kata Fauzi.