REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan menilai implementasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan berdampak pada peningkatan peringkat utang Indonesia oleh lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P).
"Kalau pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, S&P akan menaikkan peringkat utang Indonesia," kata Fauzi Ichsan dijumpai dalam seminar 'Macroeconomic Policies For Sustainable Growth With Equity in East Asia' di Yogyakarta, Kamis (16/5).
Sebelumnya S&P menurunkan peringkat utang Indonesia dari positif menjadi stabil karena pemerintah tidak kunjung merealisasikan kenaikan harga BBM bersubsidi.
Fauzi menilai keputusan S&P menurunkan peringkat utang Indonesia disebabkan pemerintah telah melontarkan wacana kenaikan harga BBM bersubsidi sejak 12 bulan terakhir, namun belum direalisasikan hingga saat ini. Akibat wacana kenaikan harga BBM bersubsidi yang belum kunjung direalisasikan itu, kata dia, sektor perdagangan menjadi cenderung berhati-hati sehingga harga pangan naik, dan ekspektasi inflasi turut bergerak naik.
"Biaya produksi, transportasi, juga diekspektasikan naik, ditambah rupiah melemah, impor naik," katanya.
Pemerintah berencana menaikkan harga BBM bersubsidi untuk meminimalkan jebolnya kuota subsidi BBM. Pemerintah berencana memberikan kompensasi bagi masyarakat miskin seiring kenaikan harga BBM bersubsidi nantinya.