REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2013 akan lebih rendah dibanding perkiraan sebelumnya begitu juga pertumbuhan ekonomi sepanjang 2013.
Gubernur BI Darmin Nasution dalam keterangan mengenai hasil rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Selasa (14/5), mengatakan perekonomian Indonesia pada triwulan I-2013 tumbuh 6,02 persen, melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,11 persen, atau lebih rendah daripada perkiraan Bank Indonesia sebesar 6,2 persen.
Perlambatan Produk Domestik Bruto (PDB) bersumber dari permintaan domestik yang menurun, di tengah pemulihan ekspor yang masih terbatas. Konsumsi rumah tangga tumbuh melambat sejalan dengan menurunnya daya beli akibat inflasi bahan makanan dan meningkatnya ekspektasi inflasi terkait dengan ketidakpastian kebijakan subsidi BBM.
Konsumsi pemerintah tumbuh rendah di awal tahun karena masih terbatasnya serapan belanja, khususnya belanja barang. Di sisi lain, investasi, khususnya nonbangunan, cenderung melambat dipengaruhi oleh prospek permintaan domestik dan internasional yang terbatas, sejalan dengan melambatnya investasi dan konsumsi, impor mengalami kontraksi.
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2013 diprakirakan juga akan lebih rendah dari prakiraan sebelumnya dan berada di tingkat yang tidak jauh berbeda dari tingkat pertumbuhan triwulan I-2013. Untuk keseluruhan tahun 2013, perekonomian Indonesia diprakirakan akan mengarah ke batas bawah kisaran proyeksi 6,2 persen - 6,6 persen.
Di sisi eksternal, keseimbangan eksternal dalam perekonomian mengalami perbaikan sebagaimana yang diharapkan. Defisit transaksi berjalan pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 2,4 persen terhadap PDB, turun dari 3,5 persen terhadap PDB pada triwulan sebelumnya.
Perbaikan defisit transaksi berjalan disebabkan oleh membaiknya kinerja neraca perdagangan yang didorong oleh penurunan impor yang cukup tajam, khususnya barang-barang konsumsi, sementara beberapa komoditas ekspor nonmigas tetap tumbuh positif. Sementara itu, transaksi modal dan finansial (TMF) pada triwulan I-2013 mencatat defisit seiring dengan menurunnya arus modal masuk, karena memburuknya kondisi perekonomian global dan meningkatnya tekanan inflasi di dalam negeri.
Pada awal triwulan II-2013 arus modal masuk kembali meningkat cukup tinggi, antara lain terkait dengan penerbitan global bond Pemerintah RI. Cadangan devisa pada akhir April 2013 meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi sebesar 107,3 miliar dolar AS atau setara dengan 5,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, di atas standar kecukupan internasional.