Selasa 14 May 2013 16:30 WIB

Industri Oleokimia Terkendala Infrastruktur

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Nidia Zuraya
Pembangunan infrastruktur, ilustrasi
Foto: Fanny Octavianus/Antara
Pembangunan infrastruktur, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri oleokimia di Indonesia saat ini terkendala oleh bidang infrastruktur. Sekretaris direktorat jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Indonesia Abdul Rochim mengatakan, pihaknya sidah mendorong (perusahaan) supaya membangun industri oleokimia (oleochemical), tetapi ujung-ujungnya menghadapi masalah infrastruktur.

“Tetapi kalau membangun sendiri, susah menerapkannya,” ujar Abdul kepada para wartawan usai acara seminar dengan tema 'Prospek Industri Oleokimia di Indonesia' di Jakarta, Selasa (14/5).

Mengenai Sumber Daya Manusia (SDM), Abdul mengklaim sudah cukup bagus namun perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. “Kami sudah menggandeng investor-investor dari negara lain seperti Malaysia, Singapura, dan Amerika Serikat (AS). Mereka membawa tenaga ahli untuk mengalihkan kemampuan ke anak bangsa,” tuturnya.

Sementara itu, ketua Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) Stefanus Goei King An mengungkapkan, perhatian pemerintah terhadap infrastruktur untuk pengembangan industri oleokimia masih minim. Dia menuturkan, selama ini untuk membuat pabrik tetapi suplai tidak cukup. “Masalahnya infrastrukturnya kurang. Padahal pelabuhan digunakan untuk ekspor ke seluruh dunia,” katanya.

Menurutnya, mungkin antara departemen seperti Kemenperin dengan PT Pelindo belum ada komunikasi sehingga infrastruktur belum dibenahi. “Padahal infrastruktur perlu perhatian lebih dari perindustrian. Pembenahan infrastruktur sangat urgen,” tuturnya. 

Namun, lanjutnya, selain infrastruktur, perhatian pemerintah terhadap industri oleokimia sudah sangat bagus. “Pemerintah sudah membuat industri sawit ke hilir. Kemudian secara perdagangan dan regulasi juga mendukung,” ucapnya.

Dia menjelaskan, kapasitas produksi di sektor industri oleokimia selama 2012 sebanyak 2 sampai 2,1 juta ton. “Untuk tahun ini, Apolin menargetkan produksi sebanyak 3 juta ton,” ujarnya.

Dia berharap supaya penggunaan oleokimikal lebih di promosikan supaya masyarakat Indonesia mengetahui industri oleokimia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement