REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengimbau agar masyarakat mengalihkan pemakaian listrik diluar Waktu Beban Puncak (WBP). Pekan lalu pemakaian listrik pada saat WBP sempat menembus rekor sebanyak 21.968 megawatt (MW).
"Kalau boleh pilih, kami lebih senang penjualan diluar WBP yang tumbuh," ujar Kepala Divisi Niaga PLN, Benny Marbun ditemui di Jakarta, Selasa (14/5).
Pemakaian listrik terbanyak saat WBP didominasi oleh rumah tangga. Sedangkan untuk industri skala besar, pemakaian cenderung stabil selama 24 jam. Lalu untuk industri skala sedang, pemakaian terbanyak umumnya sore hari sekitar pukul 17.00 WIB hingga 18.00 WIB.
Pada saat WBP, masyarakat menggunakan listrik untuk keperluan konsumtif. Misalnya, listrik digunakan secara bersamaan untuk tujuan berbeda. Akibatnya pemakaian listrik menumpuk di satu waktu. PLN berharap masyarakat bisa mengatur pemakaian listrik secara bergantian agar beban pada saat WBP lebih stabil.
PLN beranggapan ketersediaan listrik lebih baik dipakai untuk bisnis dan industri yang mengusai hajat hidup orang banyak. Kapasitas listrik yang besar juga akan menggairahkan dunia bisnis. Listrik yang dihabiskan untuk konsumsi rumah tangga tidak memberikan dampak ekonomi secara masal.
Jika pemakaian yang terlampau tinggi saat WBP sering terjadi, maka PLN harus menyediakan lebih banyak fasilitas, antara lain penambahan jaringan, travo dan gardu induk. Padahal aset yang ada diluar WBP belum tergarap maksimal. "Semakin tinggi beban puncak, maka semakin banyak gardu induk yang harus kami bangun," ujarnya.
Kemampuan mengendalikan beban puncak akan menghemat biaya yang dikeluarkan PLN untuk menambah fasilitas baru. Dana yang tersedia bisa digunakan untuk kebutuhan lain, salah satunya perbaikan distribusi.
Tahun lalu, PLN membuat serangkaian program untuk mengurangi beban puncak. Caranya dengan memberikan potongan biaya sebesar 50 persen untuk perusahaan yang bisa mengurangi pemakaian listrik saat beban puncak. Alternatif lain, diberikan potongan biaya sebesar 40 persen untuk perusahaan yang bisa mengalihkan konsumsi diluar beban puncak.
Manajer Senior Komunikasi Korporat PLN, Bambang Dwiyanto mengatakan tingginya beban puncak tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada arus kas perusahaan. Kondisi yang ada masih sesuai dengan prediksi selama lima tahun kedepan. Pertumbuhan listrik dikatakan 1,5 kali dengan pertumbuhan ekonomi.
Saat ini PLN mampu mengalirkan hampir 24 ribu MW pada saat WBP berlangsung. Sedangkan kapasitas listrik mencapai 29 ribu MW di saat yang sama. Nanti PLN juga akan mendapatkan tambahan pasokan dari Pelabuhan Ratu dan Pacitan. "Semua pertumbuhan ini masih terkendali, sesuai prediksi," ujar Bambang.