Senin 13 May 2013 13:47 WIB

Mulai Oktober Produksi Minyak Ditarget 1 Juta Barrel

  Kilang minyak Pertamina Unit Pengolahan IV di Cilacap, Jawa Tengah.
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Kilang minyak Pertamina Unit Pengolahan IV di Cilacap, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi menargetkan produksi minyak mentah dan kondensat sebesar satu juta barel per hari bisa dimulai Oktober atau November 2014.

Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini saat menjelaskan pencapaian kinerja 100 hari di Jakarta, Senin mengatakan, tingkat produksi sejuta barel tersebut tercapai dengan syarat produksi Lapangan Banyuurip, Blok Cepu mencapai puncaknya sebesar 165.000 barel per hari pada Oktober atau November 2014. "Itu skenario optimistis kami," katanya.

Sementara, skenario pesimistisnya adalah produksi sejuta barel baru Desember 2014 atau Januari 2015, setelah produksi Cepu sebesar 165.000 barel per hari tercapai di bulan tersebut.

Menurut Rudi, dengan dua skenario tersebut, maka tingkat produksi minyak rata-rata pada 2014 bisa mencapai antara 860.000 dengan skenario pesimistis hingga 900.000 barel per hari dengan skenario optimistis.

"Sedangkan, produksi rata-rata satu juta barel per hari selama setahun baru akan tercapai di 2015," katanya. Ia menambahkan, pada 30 April 2013, pihaknya meresmikan dua pengeboran sumur di Lapangan Banyuurip.

Sementara, total sumur yang dibor di Banyuurip adalah 42 yang terdiri dari 29 sumur produksi dan 13 sumur injeksi. Data SKK Migas menyebutkan, per 31 Maret 2013, progres proyek Banyuurip sudah mencapai 51,1 persen.

Rinciannya adalah pekerjaan rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (EPC) 1 berupa pembangunan fasilitas produksi di darat senilai 746,3 juta dolar AS yang digarap konsorsium PT Tripatra Engineering dan Samsung Engineering sudah mencapai 53,6 persen.

Lalu, EPC 2 yang dikerjakan Konsorsium PT Inti Karya Persada Tehnik dan PT Kelsri yang menggarap desain dan instalasi pipa desalinasi senilai 57,03 juta dolar sudah

57,8 persen.

Untuk EPC 3 berupa pembangunan pipa "offshore" dan "mooring tower" senilai 131,64 juta dolar yang digarap PT Rekayasa Industri dan Likpin LLC mencapai 33,1 persen.

EPC 4 yang terdiri atas fasilitas penyimpanan dan bongkar muat terapung (floating storage and offloading/FSO) senilai 298,7 juta dolar dikerjakan PT Scorpa Pranedya dan Sembawang Shipyard sudah 59,7 persen.

Terakhir, EPC 5 berupa pembangunan fasilitas pendukung senilai 95,58 juta dolar AS yang dikerjakan PT Hutama Karya dan PT Rekayasa Industri sebesar 25,8 persen.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement