Kamis 09 May 2013 22:21 WIB

Turunnya Wirausahawan Jadi Petanda Buruk

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Mansyur Faqih
Wirausahawan (Ilustrasi)
Foto: Inspiremymagazine.com
Wirausahawan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi UGM Sri Adiningsih menilai, pemerintah perlu mewaspadai penurunan jumlah wirausahawan. Karena, wirausahawan merupakan motor utama penggerak perekonomian dan memiliki peran untuk membuka lapangan pekerjaan.

"Tentu itu pertanda buruk. Apalagi faktanya kita masih kekurangan wirausahawan," tutur Sri kepada Republika, Kamis (9/5).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya penurunan jumlah penduduk bekerja yang termasuk ke dalam kelompok wirausahawan. Pengelompokan wirausahawan menurut BPS terdiri dari berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap dan berusaha dibantu buruh tetap.

Berdasarkan data BPS per Februari 2013, jumlah penduduk berusaha sendiri 19,14 juta orang, berusaha dibantu buruh tidak tetap 19,38 juta orang dan berusaha dibantu buruh tetap 4,03 juta orang. Sehingga secara keseluruhan jumlah wirausahawan sebesar 42,55 juta orang dari 114,02 juta penduduk yang bekerja.

Pada Februari 2012, jumlah wirausahawan sebesar 43,84 juta dari 112,80 juta penduduk yang bekerja. Sementara Februari 2011, totalnya sebesar 46,95 juta orang dari 111,28 juta penduduk yang bekerja.

Di sisi lain, jumlah buruh/karyawan dalam tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Per Februari 2013, mencapai 41,56 juta orang. Sementara jumlah buruh/karyawan pada Februari 2012 dan Februari 2011 masing-masing tercatat 38,13 juta orang dan 34,51 juta orang. 

Sri menambahkan pemerintah perlu memberikan sejumlah insentif untuk mendorong peningkatan jumlah wirausahawan. Bisa berupa infrastruktur memadai, misalnya ketersediaan listrik. Atau kebijakan yang prowirausahawan serta penghilangan pungutan liar.

"Ada banyak hal selain pemodalan yang bisa diberikan pemerintah," kata Sri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement