REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai turunnya rating investasi Indonesia pada level BB plus untuk long-term dan B untuk short-term serta merevisi outlook Indonesia menjadi stabil - sebelumnya positif - dapat membuat investor mengambil sahamnya.
Sekjen Apindo Suryadi Sasmita menjelaskan, sebenarnya Indonesia memiliki kesempatan untuk menumbuhkan ekspor dan ekonominya di tengah kekacauan yang menimpa Amerika Serikat.
Namun, lanjutnya, ternyata kondisi Indonesia kurang begitu kondusif. Padahal dunia internasional seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor’s (S&P) melihat kondisi Indonesia stabil.
Selain itu, tambahnya, pemberitaan media mengenai demonstrasi buruh yang terjadi baru-baru ini membuat negara luar berpikir negatif.
"Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang batal naik, yang membuat defisit. Kalau defisit terus menerus terjadi, maka dolar AS dapat naik,’’ ujarnya saat dihubungi Republika, Jumat (3/5).
Dia menganalisis, akibat penurunan rating investasi Indonesia, para investor dapat menarik sahamnya, baik portofolio maupun investasi langsung asing (FDI).
"Selain itu, para pebisnis menunggu atau wait and see karena keadaan di Indonesia kurang begitu kondusif untuk pelaku usaha, apalagi saat ini adalah tahun politik,’’ tuturnya.
Dia menambahkan, para pebisnis maupun pelaku usaha menunggu kepastian yang jelas sampai presiden Indonesia 2014 dipilih. Menurutnya, pemerintah harus memberi kepastian hukum yang jelas dan tegas. Selain itu, defisit perlu segera diatasi.
" Hal-hal yang menunjang ekonomi harus diperhatikan. Termasuk harga BBM harus segera dinaikkan,’’ ucapnya.