REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Standard & Poor Ratings Services merevisi prospek perekonomian di Indonesia dari positif menjadi stabil. Hal ini dipercaya lembaga pemeringkat itu telah membuat potensi untuk peningkatan rating Indonesia ke depannya berkurang. Secara keseluruhan rating Indonesia tetap BB+.
Menanggapi itu, Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan revisi itu merupakan gambaran sikap pemerintah terkait kebijakan subsidi BBM. "Sebetulnya itu yang ditunggu dan sangat jelas sikap kita terhadap subsidi," tutur Hatta di kantor Kemenkeu, Kamis (2/5).
Hatta pun meminta seluruh pihak untuk tidak melihat masalah terkait subsidi BBM dari sisi politik. Kebijakan subsidi BBM yang akan diambil oleh pemerintah murni untuk menyehatkan perekonomian Indonesia. Harapannya anggaran dapat dimaksimalkan untuk infrastruktur dan perlindungan sosial. "Masalah BBM harus ditangani dengan baik dan proper."
Revisi ini, kata Hatta, harus dilihat sebagai sinyal kalau banyak aspek yang harus diperbaiki dalam perekonomian. Khususnya dari fiskal dalam konteks subsidi. Namun dari sisi lain, kepercayaan pasar masih relatif tinggi.
Terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang meningkat. "Saya kira mari kita jaga iklim yang baik ini," ujar Hatta.
Lebih lanjut, Hatta menilai tren neraca perdagangan Indonesia yang mulai surplus Maret 2013 juga menjadi pertimbangan.
Penurunan impor barang modal yang sebelumnya relatif besar sudah menunjukkan hasil dan Hatta meyakini itu akan terus membaik. "Tentu ini masuk radar S&P," tutur Hatta.