REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Semen Indonesia Tbk menargetkan penambahan produksi regional sebesar lima juta ton. Per 2012 produksi perseroan mencapai 2,3 juta ton.
Produksi perseroan berasal dari anak usahanya, yaitu Thang Long Cement Joint Stock Company. "Dari anak usaha yang berbasis di Vietnam tersebut perseroan sudah memproduksi 2,3 juta ton," ujar Direktur Utama Semen Indonesia Dwi Soetjipto usai menjadi pembicara dalam Hari Investor di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (1/5).
Untuk mencapai target tersebut perseroan berencana menambah kapasitas produksi anak usaha di Vietnam menjadi empat juta ton. Sisanya perseroan akan melakukan ekspansi ke wilayah barat. Perseroan membidik Myanmar sebagai target ekspansi untuk memenuhi target lima juta ton.
Untuk penambahan kapasitas di Vietnam perseroan masih belum memutuskan strategi ekspansinya. Dwi mengungkapkan perseroan memiliki dua pilihan, yaitu antara membangun satu pabrik baru atau mengakuisisi pabrik yang sudah ada. Hal tersebut masih dibicarakan secara internal dan harus mendapat persetujuan pemegang saham.
Pertimbangan ini dilakukan karena produksi semen di Vietnam masih berlebih. Sehingga sekitar 30-40 persen produksi semen di Vietnam harus diekspor. Oleh karena itu perseroan masih mempertimbangkan pembangunan pabrik di sana.
Sedangkan untuk ekspansi ke Myanmar, Dwi mengatakan perseroan akan membangun sebuah pabrik berkapasitas satu juta ton. "Investasi pembangunan pabrik tersebut sekitar 200-250 juta dolar AS," ujar Dwi.
Untuk domestik perseroan menargetkan kapasitas produksi tahun ini sebesar 27,7 juta ton atau naik dari realisasi produksi 2012 sebesar 22,8 juta ton. Untuk mendukung target tersebut, perseroan membangun dua pabrik baru, yaitu Tuban 4 dan Tonasa 5 yang diharapkan dapat berproduksi tahun ini.
Perseroan juga tengah melakukan kajian untuk pembangunan dua pabrik lain. Dua pabrik tersebut diperkirakan selesai pada 2017. Kedua pabrik dibangun di Kabupaten Rembang dan Kota Padang.
"Pada 2014 pabrik tersebut sudah harus mulai dibangun," ujar Dwi. Kedua pabrik tersebut dibangun untuk mempertahankan pangsa pasar perseroan sebagai perusahaan semen terbesar di Indonesia, yaitu sebesar 45 persen.