REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Gas bakal bekerja sama dengan PT Indonesia Power, untuk mengembangkan bisnis gas alam cair (liquified natural gas/LNG). Keduanya bakal membuat usaha patungan melalui PT Pertadaya Gas untuk membuat terminal penampungan LNG dalam skala kecil di kawasan timur Indonesia.
Menurut VP Strategic Planning and Busines Development Direktorat Gas Pertamina Yenni Andayani small scale LNG ini bakal memiliki kapasitas satu juta ton per tahun. "LNG nantinya seluruhnya ditujukan untuk domestik," katanya Jumat (19/4).
LNG dari terminal mini ini akan disalurkan ke beberapa pembangkit listrik. Di antaranya di Maros, Pesanggaran, Tanjung Batu, Batakan, Pomalaa, Halmahera, dan Kupang yang ditargetkan beroperasi pada 2014 hingga 2016.
"Pemanfaatan terminal mini ini merupakan pilihan tepat untuk penyediaan energi primer pembangkit listrik di kawasan Timur Indonesia," ujarnya lagi. Bahkan potensi penghematan bahan bakar bisa mencapai 5,4 miliar dolar AS per tahun.
Biaya produksi listrik di kawasan Indonesia Timur, seperti Sulawesi, Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara yang mencapai dua hingga lima kali lipat dibandingkan dengan Jawa Bali dan Sumatera, bisa ditekan. Penggunaan diesel bisa diganti dengan gas bumi yang lebih murah.
Di sisi lain, upaya optimalisasi pemanfaatan gas dengan menggunakan jaringan pipa, transmisi maupun distribusi, tidak ekonomis untuk dikembangkan. Pasalnya, skala kebutuhan gas yang masih marginal, yaitu antara tiga juta kaki kubik (mmscfd) hingga 30 mmscfd.
“Tidak seperti di Jawa dan Sumatera, konstruksi jaringan pipa gas yang ekstensif di Indonesia Timur tidaklah feasible karena permintaan gas yang rendah," tegasnya. Sehingga terminal mini LNG ini jadi solusi untuk pasokan.