REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah menembus level psikologis 5.000 poin. Pada penutupan perdagangan sesi I, Kamis (18/4), IHSG mengalami kenaikan 1,768 poin atau 0,04 persen ke level 5.000,421 poin dibandingkan penutupan sehari sebelumnya.
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah menilai pencapaian IHSG tak lepas dari fundamental ekonomi Indonesia yang stabil. Hal ini ditandai cadangan devisa, inflasi serta daya beli masyarakat yang relatif terjaga. "Semua faktor itu merupakan prospek bagus untuk dunia usaha. Tentu ini akan berdampak pada sentimen positif untuk pasar modal," tutur Firmanzah kepada ROL, Kamis (18/4).
Firmanzah menjelaskan IHSG merupakan salah satu indikator untuk melihat sentimen investor dan pasar terhadap perekonomian suatu negara. Naik turunnya IHSG juga merupakan cerminan yang baik untuk melihat prospek perekonomian dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Terkait gonjang-ganjing di dalam negeri terkait penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, Firmanzah menilai investor dapat memahami posisi pemerintah. Apa yang dibahas oleh pemerintah yaitu pengurangan subsidi BBM bagi masyarakat mampu sejalan dengan ekspektasi pasar.
"Pemerintah berupaya agar keputusan yang diambil nanti tidak memengaruhi daya beli masyarakat, menambah jumlah masyarakat miskin dan lain-lain. Ini yang ditangkap investor," papar Firmanzah.
Ke depan, Firmanzah memprediksi nilai IHSG masih akan meningkat. Terkait dampaknya bagi sektor riil, Firmanzah mengatakan pasar modal pada dasarnya memiliki dampak langsung dan tidak langsung. Pasar modal dapat menjadi tempat perusahaan menambah modal, selain meminjam ke bank dan menahan deviden. "Semakin meningkatnya transaksi dan volume perdagangan, pasar modal jd tempat penting untuk mengembangkan usaha di Indonesia."