Kamis 18 Apr 2013 16:02 WIB

Survei: Asia Pasifik Hadapi Empat Tantangan Pertumbuhan Ekonomi

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei Sosial Ekonomi Asia dan Pasifik 2013 yang dilakukan oleh Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ekonomi dan Sosial untuk Asia dan Pasifik (UN-ESCAP) menunjukan pertumbuhan di Asia Pasifik 2013 masih lemah. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian zona euro dan krisis Amerika Serikat (AS) serta hambatan struktural.

Direktur CAPSA-ESCAP, Katinka Weinberger, pada peluncuran hasil survei di Bank Indonesia (BI), Jakarta, Kamis (18/4), mengatakan, tingkat inflasi di kawasan Asia Pasifik kemungkinan akan tetap pada 5,1 persen di 2013 karena resiko kenaikan minyak dan pangan. Dalam kesempata itu ia juga menjelaskan Asia dan kawasan menghadapi beberapa tantangan.

Tantangan yang pertama adalah krisis fiskal di zona euro dan ketidakpastian di AS. Krisis fiskal dan ketidakpastian AS berdampak pada penutupan kegiatan ekonomi melalui jalur perdagangan. UN-ESCAP memperkirakan kerugian PDB regional sebesar tiga persen sejak terjadinya krisis global lima tahun lalu.

"Tantangan kedua adalah perlambatan regional," ujar Katinka. Menurutnya, perlambatan pertumbuhan di Cina memberikan pengaruh pada kawasan ini karena Cina adalah pasar ekspor terbesar di Asia Pasifik.

Tantangan selanjutnya adalah kerawanan ekonomi. Hasil survei UN-ESCAP menyebutkan, menurunnya pertumbuhan lapangan kerja, pengangguran generasi muda dan jaminan sosial yang rendah meningkatkan kerentanan ekonomi. "Kawasan Asia dan Pasifik juga menghadapai beberapa hambatan struktural," kata Katinka. 

Hasil survei juga menunjukan ketidaksetaraan di kawasan meningkat dari 33,5 persen pada 1990-an menjadi 37,5 persen di tahun-tahun terakhir. Ketidaksetaraan mengurangi kemajuan pembangunan sosial, terutama di negara berkekuatan ekonomi baru, sebanyak lebih dari 20 persen.

Katinka menyebutkan, hambatan kedua adalah penerimaan pajak yang tidak memadai. Ia menilai pemerintah telah gagal meningkatkan penerimaan pajak yang memadai ditengah pertumbuhan yang cepat. Survei juga menyebutkan bahwa kawasan Asia dan Pasifik memiliki besaran pajak terendah.

Hambatan selanjutnya yang akan dihadapi negara-negara Asia Pasifik adalah defisit infrastruktur. Infrastruktur di kawasan membutuhkan lebih banyak investasi. Kurangnya pembangunan di infrastruktur menyebabkan kemacetan. Katinka mencontohkan, di Indonesia, biaya ekonomi kemacetan lalu lintas mencapai 1,2 persen dari PDB.

Hambatan keempat adalah pemanfaatan sumber daya yang tidak terkendali. Peningkatan pemanfaatan sumber daya di masa depan di beberapa negara memiliki implikasi terhadap permintaan sumber daya secara keseluruhan.

Selain empat hambatan struktural, kawasan Asia dan Pasifik juga rentan terhadap bencana alam. Hasil survei memperlihatkan bahwa 42 persen dari kerugian ekonomi disebabkan oleh bencana alam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement