Kamis 18 Apr 2013 14:40 WIB

Kadin Soroti Tingginya Biaya Pengendalian Laju Iinflasi

Inflasi, ilustrasi
Foto: Pengertian-Definisi.Blogspot.com
Inflasi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyoroti tingginya biaya pengendalian laju inflasi yang dilakukan oleh pihak Bank Indonesia sepanjang tahun 2012 lalu. "Permasalahan dalam kebijakan moneter antara lain, tingginya biaya pengendalian laju inflasi tahun lalu yang mencapai 4,3 persen," kata Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Kebijakan Moneter, Fiskal dan Publik Hariyadi B Sukamdani dalam keterangan tertulisnya, Kamis (18/4).

Menurut Hariyadi, hal tersebut perlu disorot karena BI dinilai diuntungkan oleh pelemahan kurs rupiah yang tajam terhadap dolar AS, sehingga membantu potensi sumbangan inflasi dari segi impor. Ia berpendapat, jika Bank Indonesia (BI) berkehendak mendorong penguatan kurs rupiah melalui intervensi, maka permintaan barang impor akan semakin membesar yang berdampak pula kepada tertekannya ekspor. "Tapi bank sentral terkesan masih membiarkan kurs rupiah melemah untuk menahan laju impor," ucapnya.

Terkait pengendalian inflasi, Kadin mengharapkan agar inflasi dapat terkendali di bawah 5 persen untuk tahun 2013. Inflasi yang rendah, ujar dia, akan memberikan manfaat dan keuntungan lebih besar secara makroekonomi lantaran sektor perbankan dan dunia usaha akan dapat bergerak lebih cepat.

Adapun permasalahan lainnya yang disorot Kadin dalam kebijakan moneter adalah terkait tingkat bunga pinjaman bank yang masih nisbi tinggi, sehingga menyulitkan pengusaha untuk mengembangkan usahanya. "Dengan adanya penurunan BI rate diharapkan menjadi momentum bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga kreditnya, sehingga menjadi stimulus bagi pertumbuhan ekonomi nasional," tutur Hariyadi.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan tingginya laju inflasi hingga Maret lalu bukan berasal dari persoalan moneter, sehingga tidak perlu direspon dengan kenaikan suku bunga BI (BI rate). Inflasi sampai Maret (yoy) sudah 5,9 persen. Selain itu, BI juga melihat inflasi inti sampai Maret sebesar 4,21 persen belum terlalu tinggi karena masih sebanding dengan inflasi inti di periode yang sama tahun lalu. Inflasi inti merupakan inflasi seluruh barang dan jasa dikurangi kenaikan harga bahan makanan dan harga yang diatur Pemerintah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement