REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Perlambatan pertumbuhan ekonomi Cina dan kekhawatiran atas permintaan energi global yang melemah berdampak kepada harga minyak di pasar Asia. Harga minyak mentah Brent mengalami penurunan kembali di bawah 100 dolar AS per barel.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Mei turun 83 sen menjadi 85,85 dolar AS per barel dan minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni turun 81 sen ke posisi 96,88 dolar AS per barel di pertengahan perdagangan Kamis (18/4) pagi.
"Harga telah semakin menurun karena data pertumbuhan China yang lambat masih turut mempengaruhi dan kita melihat konsekuensi dari skenario 'pendaratan keras' lagi," kata David Lennox, analis sumber daya pada Fat Prophets di Sydney, Kamis (18/4).
Ia menambahkan, pertumbuhan Cina dan Asia diharapkan menyeimbangkan permintaan yang lemah di Amerika Serikat dan Eropa. Namun, data resmi yang dirilis pekan ini menunjukkan bahwa produk domestik bruto (PDB) Cina melambat menjadi 7,7 persen pada kuartal pertama tahun ini, kekhawatiran yang semakin tinggi akhir-akhir ini bahwa ekonomi terbesar ke dua dunia itu goyah.
Kekhawatiran atas melemahnya permintaan energi juga terjadi setelah Badan Energi Internasional dan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menurunkan prediksi permintaan minyak global mereka pekan lalu. "Pada akhirnya sedikit realitas. Revisi PDB dan perkiraan global untuk pertumbuhan semua muncul sejalan dan lebih rendah," kata Jonathan Barratt, CEO pada Buletin Barratt di Sydney.