Senin 15 Apr 2013 14:44 WIB

Investor Minati Sukuk Jangka Panjang

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Sukuk (ilustrasi).
Foto: alhudacibe.com
Sukuk (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Investor mulai meminati sukuk bertenor jangka panjang. Beberapa negara pun sudah menerbitkan sukuk jangka panjang, diantaranya Arab Saudi dan Dubai.

 

Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan, Dahlan Siamat mengatakan dalam perspektif ke depan investor tidak lagi hanya berpikir instrumen investasi jangka pendek, tapi lebih ke jangka panjang. "Sekarang berubah sekali, investor lebih cenderung berpikir ke sukuk jangka panjang dengan tenor hingga 30 tahun," ujar Dahlan saat ditemui dalam acara Islamic Finance News (IFN) Forum Indonesia di Hotel Mulia, Senin (15/4).

Hingga kini Kementerian Keuangan belum berniat menerbitkan sukuk jangka panjang tersebut. "Tahun ini belum dulu," katanya.

Menurut Dahlan sukuk jangka panjang memiliki beberapa kelebihan diantaranya tidak terlalu memberi tekanan terhadap risiko refinancing. Di sisi lain, dengan sukuk global jangka panjang, portofolio menjadi lebih mudah diatur. "Kupon relatif rendah," ucap Dahlan.

Dahlan berujar Indonesia harus mulai aktif memperkenalkan produk inovatif keuangan syariah. Menurutnya tidak masalah jika lembaga keuangan syariah, dalam hal ini perbankan syariah, mencontoh produk negara lain.

"Tinggal disesuaikan saja dengan identitas dan kebutuhan kita," ujarnya. Saat ini seluruh stakeholder berusaha bersama dalam memajukan keuangan syariah Indonesia, baik sektor swasta maupun pemerintah.

Sementara itu, CEO International Centre for Education in Islamic Finance (INCEIF), Daud Vicary Abdullah, mengatakan hingga kini 70 persen sukuk global masih didominasi Malaysia. Menurutnya, sosialisasi dan edukasi masih diperlukan kepada masyarakat di negara-negara lain agar lebih memahami tentang sukuk.

Perwakilan dari Maybank Syariah Indonesia, Norfadelizan Abdul Rahman, mengatakan potensi pasar sukuk di Indonesia cukup besar. "Tinggal bagaimana kita mengolahnya," ucap Norfadelizan.

Potensi tersebut tidak hanya terbatas pada sukuk, tetapi juga pada instrumen perbankan syariah lainnya,  seperti ritel. "Sudah banyak yang kami lakukan dan akan terus mendukungnya," ujarnya.

Vice President Turkiye Finans, Mehmet Fatih Bulac, mengatakan industri sukuk masih tergolong baru di Turki. Sukuk pertama Turki baru diterbitkan pada September lalu. Regulasi baru sedang dipersiapkan Pemerintah Turki sehingga memungkinkan negara tersebut menggunakan produk lain, seperti misalnya komoditi Murabahah, Mudharabah, ataupun Musyarakah.

Sukuk Turki cukup menarik investor Timur Tengah. Minat penjualan sukuk di negara-negara anggota kerja sama Teluk Gulf Cooperation Council (GCC) meningkat tiga kali lipat menjadi 21 miliar dolar AS pada 2012.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement