Selasa 09 Apr 2013 17:57 WIB

Go Online Berpotensi Genjot UKM 100 Persen

Rep: Friska Yolandha/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Perajin UKM (ilustrasi)
Foto: nenygory.wordpress.com
Perajin UKM (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Usaha kecil dan menengah (UKM) memberikan kontribusi 55,6 persen dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Hanya saja, belum seluruh pelaku UKM menggunakan media sosial untuk menggenjot penjualan usaha.

Dari sekitar 52 juta pelaku UKM di Indonesia, hanya lima persen yang sudah go online. Sisanya masih melakukan pemasaran secara konvensiona yakni manual. Penyebabnya ternyata bukan lebih karena tidak mampu, melainkan tidak ada waktu untuk itu.

"Padahal potensi untuk meningkatkan penjualan melalui sistem ini sangat tinggi," kata founder SITTI Andy Sjarif di Jakarta, Selasa (9/4).

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh McKinsey pelaku UKM akan tumbuh 100 persen bila melakukan pemasaran secara online. Bila seluruh pelaku UKM go online, maka UKM kontribusi UKM terhadap PDB akan tumbuh setidaknya 25 persen.

SITTI juga telah melakukan riset sendiri untuk melihat potensi ini. Riset dilakukan pada 7.032 produk UKM di Indonesia. Riset menghasilkan capaian yang luar biasa, yaitu seluruh produk yang diteliti SITTI dicari 1,24 miliar kali oleh pengguna internet. Pencari dengan kata kunci 'batik' tercatat 381 juta kali.

"Anggap dari 381 juta pencari batik, yang datang ke satu toko batik hanya 5 persen dan dari 5 persen yang membeli hanya 3 persen. Penjualan bulanan satu toko batik tersebut bisa mencapai Rp 1,2 miliar jika harga dipatok Rp 75 ribu," Andy menjelaskan.

Secara matematis keuntungan dengan go online terlihat cukup signifikan. Apalagi saat ini jarang sekali terlihat masyarakat Indonesia yang tidak menggunakan ponsel pintar. Hanya dengan satu ponsel, masyarakat bisa menjelajah ke seluruh UKM di Indonesia.

SITTI melakukan pilot project melalui PT Nurbaya Inisiatif, yaitu sebuah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi. Perseroan mengajak UKM untuk memasarkan produknya secara online.

Sekitar 20 toko UKM menjadi percontohan proyek ini dengan dibantu fasilitator. Adanya fasilitator akan memudahkan pelaku UKM untuk memasarkan produk-produknya. "Sehingga pelaku UKM tidak perlu sibuk memasarkan, cukup terus berproduksi dan meningkatkan kualitasnya," kata Andy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement