Selasa 09 Apr 2013 16:39 WIB

ADB: Pertumbuhan Negara Asia Capai 6,6 Persen

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Djibril Muhammad
Asian Development Bank (ADB)
Foto: brecorder.com
Asian Development Bank (ADB)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ ADB) memprediksi pertumbuhan kuat pada produk domestik brutto (PDB) kawasan Asia.

Bahkan lembaga ini memperkirakan pertumbuhan ekonomi Asia tetap akan berada di kisaran 6,6 persen pada 2013, jauh lebih tinggi dibanding 2012 lalu yang berada di kisaran 6,1 persen.

Menurut Chief Economist ADB, Changyong Rhee, penguatan ekonomi Cina akan memacu pertumbuhan kawasan ini setelah berjalan lamban tahun lalu. "Pembelanjaan domestik, menjadi pendorong utama pemulihan ekonomi ini," katanya, Selasa (9/4).

Peningkatan konsumsi swasta dan menguatnya perdagangan antarkawasan dipercaya akan mendorong pertumbuhan negara berkembang lain. Namun risiko politik terkait ketidakpastian utang Amerika Serikat, krisis Eropa serta ketegangan soal perbatasan beberapa negara Asia tetap bisa memberi guncangan pada perekonomian.

"Karenanya posisi fiskal harus terus dijaga di posisi baik, dengan melakukan perbaikan pada efisiensi pendapatan, tata kelola pemerintahan, dan isu-isu struktural jangka panjang," katanya. 

Penguatan ekonomi juga akan berdampak pada inflasi dari 3,7 persen di 2012 menjadi 4,0 persen di 2013 dan 4,2 persen di 2014. Meskipun masih berada dalam tahap wajar,  ia menilai pertumbuhan ini patut diawasi. Karena meskipun terlihat positif, arus modal masuk yang demikian kuat berpotensi memicu market bubble pada aset.

"Dari seluruh kawasan, Asia Timur akan memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi mencapai 7,1 persen di 2013," kata dia menjelaskan.

Cina akan diproyeksi tumbuh paling tinggi hingga 8,2 persen di 2013, akibat membaiknya ekspor dan permintaan dari dalam negeri.  Ekonomi Asia Selatan juga diproyeksikan menguat hingga 5,7 persen di 2013.

Pertumbuhan ini akan dipimpin India dengan proyeksi pertumbuhan sebesar enam persen, walau terkendala permasalahan struktural dan kebijakan kompeks yang menghambat investasi. Asia Tenggara juga akan  terakselerasi.

Pulihnya ekonomi Thailand dan tingginya tingkat pembelanjaan di Filipina menjadi faktor penyebab. Meski tak setinggi Asia Timur dan Selatan, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,4 persen. Volume perdagangan  juga diperkirakan meningkat dan mengarah pada diversifikasi pangsa pasar untuk ekspor, akibat pembentukan Asean Economic Community.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement