Senin 08 Apr 2013 10:42 WIB

Jenuh, IHSG Mandek di Bawah 5.000

Rep: Friska Yolandha/ Red: A.Syalaby Ichsan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tingginya laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih membuat pasar khawatir terjadinya pembalikan arah ketika ada sentimen negatif. IHSG pun masih jauh menyentuh level psikologis 5.000. 

 

Pada perdagangan Senin (8/4) IHSG dibuka menguat 0,04 persen atau 2,48 poin ke level 4.924,12. Meskipun menguat tipis, IHSG mengalami penguatan 14,12 persen sejak pembukaan awal tahun lalu.

Analis Trust Securities Reza Priyambada meskipun di tengah inflasi Maret yang tidak biasanya, IHSG masih mampu menguat. "Secara historis di Bulan Maret tercatat terjadi deflasi," kata Reza, Senin (8/4).

Positifnya IHSG masih didorong oleh kinerja emiten yang masih terus dirilis dan rencana pembagian dividen. Bahkan IHSG sempat menyentuh rekor tertinggi karena masih adanya net buy asing. Sepanjang pekan lalu tercatat net buy asing senilai Rp 817,75 miliar.

Namun jika dilihat secara ril, kenaikan IHSG disebabkan oleh banyaknya sentimen positif yang muncul sepanjang awal kuartal pertama. Sedikit saja sentimen negatif akan mendorong investor untuk melakukan aksi ambil untung, mengingat posisinya yang selalu overbought. Hal ini akan berdampak pada pelemahan IHSG.

Pergerakan nilai tukar rupiah selama sepekan kembali melemah. Hal ini seiring dengan rilis inflasi sebesar 0,63 persen, tertinggi selama 5 tahun terakhir. Neraca perdagangan Indonesia masih tercatat defisit sebesar 330 juta dolar AS.

Rupiah sempat menguat seiring dengan kenaikan yen namun tidak bertahan lama. "Rupiah melemah karena adanya sentimen negatif dari Presiden ECB tentang pemangkasan suku bunga dan kebuntuan politik Italia," kata Reza.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement