REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan taksi terbesar di Indonesia Blue Bird Group menunjuk Credit Suisse AG dan UBS AG sebagai underwriter pelaksanaan initial public offering (IPO). Melalui IPO perseroan menargetkan perolehan dana senilai 250 juta dolar AS atau setara Rp 241,5 miliar.
Perseroan akan melakukan IPO pada pertengahan tahun ini dengan melepas 20-40 persen saham ke publik. Hal ini seiring dengan pertumbuhan tahunan rata-rata perseroan yang mencapai 20 persen selama 30 tahun terakhir.
Sayangnya Blue Bird enggan memberikan konfirmasi detail terkait rencana IPO tersebut. Dana IPO tersebut rencananya dipakai untuk pengembangan perusahaan, termasuk penambahan armada. "Hanya itu yang bisa kami informasikan," ujar Kepala Humas Blue Bird Teguh Wijayanto kepada Republika, Kamis (4/4).
Sebelumnya telah diinformasikan perseroan akan menambah armada baru sebanyak 10 ribu unit. Saat ini Blue Bird memiliki sekitar 24 ribu taksi reguler, seribu taksi premium, 800 unit bus dan empat ribu unit mobil sewa.
Blue Bird juga telah melakukan ekspansi dengan melayani wilayah baru seperti di Pekanbaru dan Batam. Sebelumnya perseroan telah beroperasi di Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Lombok, Manado, dan Cilegon.
Minimnya transportasi publik yang layak di Indonesia berarti potensi besar bagi perseroan. IPO Blue Bird merupakan yang sangat ditunggu-tunggu investor Asia Tenggara, dan diperkirakan mampu mendongkrak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Valuasi Blue Bird diperkirakan mencapai 1 miliar dolar AS.