REPUBLIKA.CO.ID, LJUBLJANA -- Krisis ekonomi yang melanda Zona Eropa masih belum usai. Slovenia diperkirakan akan menjadi negara keenam mendapatkan bailout dari Uni Eropa.
Investor bertaruh Slovenia akan menjadi negara berikutnya yang membutuhkan bantuan untuk menjaga perbankan dan ekonominya tetap berjalan.
Pemerintahan baru Slovenia diharapkan dapat menambah uang di pasar finansial segera setelah dikukuhkan pada 20 Maret. Namun hal ini belum juga dilakukan lantaran melonjaknya biaya pinjaman sebagai dampak dari bailout Siprus.
Perbankan Slovenia juga mengalami masalah yang sama dengan Siprus, meskipun masih dalam batas yang wajar. Untungnya negara yang hanya memiliki dua juta penduduk tersebut tidak mendapatkan paparan hutang Yunani sehingga kondisi ekonomi negara masih tergolong aman.
"Kami belum memerlukan bailout tahun ini," tegas Menteri Keuangan Slovenia Uros Cufer, seperti dilansir laman Reuters, Sabtu (30/3).
Seperti negara-negara lain di Eropa, Slovenia mengalami resesi dan perlambatan ekspor. Negara tersebut telah menerbitkan obligasi negara pada Oktober sebelum pemerintahan konservatif runtuh akibat skandal korupsi di awal tahun lalu. Pada Bulan ini Alenka Bratusek diangkat sebagai perdana menteri yang baru.
International Monetary Fund (IMF) mengungkapkan Slovenia harus meningkatkan anggarannya senilai 3 miliar euro untuk mencegah terjadinya kondisi serupa dengan Siprus. Slovenia juga harus segera melakukan pembayaran hutang.
Namun Cufer mengungkapkan negaranya belum perlu masuk ke pasar di tengah situasi panas akibat kondisi Siprus. "Kami bisa menunggu hingga pasar menjadi lebih tenang. Karena kami harus membuat investor merasa nyaman dengan aksi kami. Baru kemudian kamu memanfaatkan pasar," kata Cufer.