Jumat 29 Mar 2013 07:55 WIB

Kelompok Industri Menentang Kenaikan TDL

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Dewi Mardiani
Sofyan Wanandi
Foto: Antara
Sofyan Wanandi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok industri menentang kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) yang akan kembali diberlakukan 1 April ini. Pasalnya, kenaikan tarif dipastikan akan membuat kelompok industri semakin terjepit.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofyan Wanandi, menilai tiap biaya yang naik termasuk listrik bakal membuat industri membebankan harga ke konsumen. Alhasil barang lokal menjadi mahal. "Dengan semua kenaikan cost termasuk listrik, ini  membuat kita sulit," katanya, Jumat (29/3).

Ia pun yakin kebijakan ini akan mematikan daya saing industri. Produk industri lokal pasti akan kalah dengan produk industri luar, yang lebih murah. "Sekarang saja kita lebih banyak impor daripada memproduksi produk sendiri."

Direktur Utama PT PLN, Nur Pamudji, mengatakan April ini, TTL akan naik sebesar rata-rata 4,3 persen. Namun tegasnya, kebijakan ini diambil sebagai kelanjutan dari aturan pemerintah yang menaikkan tarif listrik secara bertahap hingga rata-rata 15 persen sepanjang tahun 2013. "Memang akan naik ke semua pelanggan, kecuali kelompok pelanggan 450 volt ampere (VA) dan 900 VA," katanya.

Sebelumnya PLN telah menaikkan tarif listrik 4,3 persen pada 1 Januari lalu. Ia menuturkan kenaikan diberlakukan guna menekan subsidi listrik yang harus digelontorkan pemerintah. Selama ini, tarif listrik yang dipatok ke masyarakat jauh di bawah harga keekonomian dan ditanggung sebagian oleh pemerintah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement