Rabu 27 Mar 2013 16:49 WIB

'Net Buy' Asing Capai Rp 19 Triliun

Rep: Friska Yolandha/ Red: Djibril Muhammad
Angka pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada layar di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta
Foto: Republika/Wihdan
Angka pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada layar di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat net buy asing di pasar saham Indonesia per 26 Maret 2013 mencapai Rp 18,95 triliun. Jumlah ini jauh melampaui pencapaian tahun sebelumnya yang hanya Rp 15,88 triliun.

Tingginya minat investor asing ini didorong baiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan Indonesia membaik di tengah krisis yang melanda ekonomi global. Hal ini mendorong investor asing memindahkan dananya dari obligasi pemerintah di negara maju ke pasar saham di negara berkembang.

"Kalau pertumbuhan ekonomi ini bisa dijaga, kami mengharapkan net buy asing bisa melampaui realisasi 2011 yaitu Rp 24 triliun," ujar Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia Friedericka Widyasari si Jakarta, Rabu (27/3).

Net buy asing pada 2011 merupakan yang tertinggi selama lima tahun terakhir. BEI juga mencatat peningkatan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kuartal pertama 2013. IHSG berkali-kali menembus rekornya.

Pada penutupan perdagangan Selasa (26/) IHSG ditutup menguat 0,89 persen ke level 4.842,52. Nilai ini menguat 12 persen bila dibandingkan dengan awal 2013.

Ini menunjukkan baiknya kinerja pasar saham Indonesia. Bahkan pertumbuhan indeks ini di atas pertumbuhan indeks Thailand sebesar 10,94 persen dan Malaysia bahkan minus 2,14 persen. Pun halnya dengan perdagangan saham harian.

BEI mencatat rata-rata perdagangan saham harian mencapai Rp 6,1 triliun per hari. Jumlah ini jauh melampaui rata-rata tahun lalu yang hanya Rp 4,53 triliun. Kapitalisasi pasar tercatat mencapai Rp 4.700 triliun.

Namun demikian sekitar 60 persen saham di pasar modal Indonesia masih dikuasai oleh investor asing. "Untuk itu BEI terus mendorong investor ritel untuk berpartisipasi melalui edukasi dan sosialisasi," kata Friedericka.

Selain itu BEI juga berencana untuk menurunkan jumlah lot untuk mendorong pertumbuhan investor ritel. Jumlah lot yang tadinya terdiri atas 500 lembar saham akan diturunkan menjadi 100 lembar saham. Penurunan lot dilakukan untuk memberi lebih banyak ruang bagi investor ritel di pasar saham Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement