REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Omzet industri makanan dan minuman (mamin) di kuartal pertama 2013 masih lesu. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan meskipun belum dihitung lengkap, omzet kuartal pertama cenderung agak melemah.
“Kalau lihat di kuartal satu agak pelan, dibanding kuartal kedua. Di supermarket dan toko-toko saya lihat masih banyak melakukan promosi karena memang agak slow. Ini menjadi perhatian kita bersama,” ujar Adhi, saat ditemui Kamis (14/3).
Ia mengatakan kenaikan bahan baku, listrik dan tenaga kerja sedikit mengganggu industri mamin. Kenaikan biaya itu, kata dia menyebabkan beberapa perusahaan sudah menaikkan harga. Menurutnya, hal ini sempat mengakibatkan sedikit ‘shock’ di pasar.
Beberapa bahan baku yang mengalami kenaikan antara lain jenis tepung dan daging. Ditambah lagi kini harga bawang putih yang naik. Kenaikan biaya ini membuat margin industri mamin umumnya menurun.
Ia berharap memeasuki kuartal kedua, sudah mulai stabil. Namun, kata dia mulai April, akan ada kenaikan harga gas industri lagi. Kenaikan ini, mau tidak mau juga bisa mempengaruhi biaya produksi dan mengoreksi margin industri mamin. Industri mamin menargetkan omzet sebesar Rp 750 triliun sepanjang tahun ini.
“Kita berusaha tidak naikkan harga tapi ternyata pengaruhi margin, terpaksa mulai naikkan harga,” katanya.
Kenaikan harga ini menurut Adhi sebagai salah satu alternatif agar industri mamin terus bisa melakukan pengembangan produk. Industri mamin, kata dia sangat tergantung inovasi produk baru.
Menurut pengamatannya, rata-rata harga mamin di pasaran kini sudah naik naik 5-10 persen. Kenaikan itu umumnya dialami oleh makanan dan minuman yang berbasis terigu dan berbasis buah. Kenaikan ini dipicu oleh naiknya bahan baku.