REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Tersendatnya pasokan bawang lokal membuat bawang impor membanjiri pasar di Kota Pekanbaru.
Berdasarkan pantauan, Rabu (13/3), pedagang distributor dan pengecer di Pekanbaru mengaku pasokan bawang impor dari Cina dan Thailand lebih mudah didapatkan ketimbang bawang lokal dari Jawa dan Sumatra Barat.
"Bawang yang ada sekarang semuanya impor, tak ada barang dari lokal," kata Dona (40), pedagang bawang di Pasar Sukaramai, Pekanbaru.
Ia mengatakan, selama sepekan terakhir, pasokan bawang lokal mulai sulit didapatkan, sedangkan bawang putih impor dari Cina dan bawang merah asal Thailand lebih mudah didapatkan.
Tumpukan karung berisi bawang impor tersebut kini memenuhi tokonya. "Apalagi semenjak harga bawang naik terus, penyebabnya, ya, karena tidak ada pasokan bawang lokal," ujarnya.
Seorang pedagang lainnya, Saiful (50), mengatakan bahwa saat harga bawang terus naik, membuat pedagang juga lebih memilih menjual bawang impor sebab harga bawang tersebut lebih murah daripada bawang lokal.
Harga bawang putih dan bawang merah impor kini mencapai Rp 40 ribu per kilogram (kg), sedangkan harga bawang lokal Rp 45 ribu per kg. "Harganya tentu lebih murah bawang impor," katanya.
Banjir bawang impor di pasar Pekanbaru sangat kontras dengan pernyataan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan beberapa waktu lalu bahwa salah satu penyebab harga bawang naik drastis akibat Indonesia ketergantungan impor.
Sementara itu, pada saat yang bersamaan pemerintah mulai membatasi impor komoditas itu.
Kebijakan pembatasan impor tersebut kuat dugaan masih memiliki celah karena tindakan penyelundupan bawang impor melalui Kota Dumai, Riau. Hal itu dibuktikan dengan keberhasilan Petugas Bea dan Cukai (BC) Kota Dumai pada tanggal 4 Maret lalu yang menggagalkan penyelundupan impor bawang sebanyak 27 ton.
BC Dumai menyita empat unit mobil truk colt diesel dengan kemasan sebanyak 1.326 karung bawang yang masing-masing ukuran 20 kg bawang dari Thailand.