REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjawab tantangan bisnis yang semakin ketat, PT Pelayaran Nasional Indonesia (PT Pelni) memperluas pasar dengan berfungsi sebagai kapal angkutan logistik nasional.
Direktur Utama PT Pelni, Jusabella Sahea mengatakan, saat ini kapal-kapal pengangkut barang memang sudah banyak. Namun armada PT Pelni yang saat ini berjumlah 35 kapal dan menjangkau 95 pelabuhan dari 144 pelabuhan yang ada di Indonesia, menjadi pertimbangan strategis PT Pelni membidik pasar ini.
"Dengan pelayanan angkutan logistik, kehadiran kapal Pelni terutama ke wilayah-wilayah Timur sangat membantu meningkatkan pergerakan ekonomi masyarakat setempat," ujar Jussabella di Jakarta, Kamis (7/3).
Untuk jadi angkutan logistik nasional, saat ini PT Pelni sudah memodifikasi KM Dobonsolo. Kapal ini sudah beralih fungsi selain mengangkut penumpang juga mengangkut barang. Menurut Jussabella, Kapal Dobonsolo melewati rute Jakarta, Surabaya, Makassar, Ambon, Sorong, Nabire, Papua.
Setelah Kapal Dobonsolo, saat ini, sedang dimodifikasi lagi Kapal Ciremai. ''Diproses sejak 2012, tapi butuh waktu beberapa bulan, jadi selesai 2013. Mungkin Juni sudah bisa beroperasi,'' ujarnya.
Dua kapal lagi ditargetkan menjalani modifikasi yakni Kapal Sinabung dan Kapal Lawit. Menurut Jussabella, perusahaan menganggarkan sekitar Rp 100 juta per kapal untuk modifikasi tersebut.
"Modifikasi kapal Pelni sudah memenuhi standart dan pendataannya secara internasional,'' ujar Jussabella.
Modifikasi kapal Pelni ini, menurutnya, ikut membantu pertumbuhan ekonomi daerah yang dituju. Pelni mencatat, PDRB sejumlah daerah di wilayah Timur meningkat 4,03 kali setelah dilayani kapal-kapal pengangut logistik ini.
''Setelah Dobonsolo menjadi kapal Kargo, di Papua sana motor dan mobil sudah makin banyak,'' ujar Direktur Komersial PT Pelni, Asep Suparman.