Rabu 06 Mar 2013 11:12 WIB

Bank Dunia: Pasar Pangan Afrika Berpotensi Tinggi

Kelaparan dunia terbanyak di benua Afrika. Ilustrasi
Foto: politicalrogue.com
Kelaparan dunia terbanyak di benua Afrika. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia menyatakan, pasar pangan di benua Afrika dapat menciptakan kesempatan hingga senilai 1 triliun dolar AS pada 2030, bila petani dan pelaku agrobisnis dapat memperluas akses kepada permodalan dan teknologi.

"Meningkatkan sektor pertanian dan agrobisnis berarti meningkatkan pendapatan dan lapangan pekerjaan yang lebih besar sehingga Afrika dapat bersaing secara global," kata Direktur Pembangunan Berkelanjutan Kawasan Afrika Bank Dunia, Jamal Saghir, dalam rilisnya Rabu (6/3).

Menurut dia, saat ini, Brazil, Indonesia, dan Thailand masing-masing mengekspor lebih banyak produk pangan ke semua negara di kawasan Afrika sub-Sahara. Dia mengatakan pasar pangan Afrika harus berubah lebih baik lagi lantaran di kawasan itu terjadi pertumbuhan populasi, meningkatnya urbanisasi dan permintaan pangan yang kuat sehingga mendorong peningkatan harga pangan dan produk pertanian yang semakin tinggi.

Sedangkan dari sisi pasokan, lanjutnya, panen yang lambat, penurunan anggaran riset, degradasi lahan dan kekurangan air, serta perubahan iklim juga membuat harga-harga bahan pangan menjadi tetap tinggi. Ia mengemukakan, Afrika menyimpan 50 persen dari keseluruhan lahan di dunia yang belum digunakan yang sebenarnya dapat diberdayakan untuk lahan pertanian atau perkebunan.

"Negara-negara Afrika sebenarnya dapat mengambil kesempatan dalam pasar yang sedang melonjak dalam bahan pangan beras, jagung, kedelai, gula, minyak sawit, biofuel dan pakan sehingga dapat muncul sebagai eksporter utama," paparnya.

Laporan Bank Dunia bertajuk "Growing Africa: Unlocking the Potential of Agribusiness" menyatakan bahwa sistem pangan Afrika yang saat ini bernilai 313 miliar dolar AS per tahun, sebenarnya dapat menjadi tiga kali lipat lebih besar. Hal itu dapat terjadi bila pihak pemerintah dan pemimpin bisnis berpikir ulang secara radikal mengenai kebijakan mereka untuk mendukung pertanian, petani, dan agrobisnis.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement