Senin 04 Mar 2013 21:35 WIB

Masuki Panen, Inflasi Maret Diperkirakan Bakal Rendah

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Inflasi, ilustrasi
Foto: Pengertian-Definisi.Blogspot.com
Inflasi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Inflasi di bulan Maret diramalkan rendah karena memasuki musim panen. Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan inflasi tinggi selama dua bulan ini diperkirakan akibat gangguan cuaca. Cuaca, imbuhnya juga mengganggu produksi dan distribusi.

“Maret ini sudah ada musim panen horti maupun beras, jadi akan ada tambahan paoskan dan berlanjut di April, sehingga ini bisa meredam inflasi,” ujar Bayu, Senin (4/3).

Hanya saja, kata Bayu, Indonesia masih mewaspadai adanya curah hujan yang cukup tinggi di bulan Maret walaupun cenderung lebih ringan dibandingkan bulan Januari maupun Februari. Curah hujan ini berpotensi menghambat distribusi.

Sementara di sisi lain, kata Bayu, proses distribusi kini sudah semakin efisien. Kondisi itu dibuktikan dengan melihat porsi perdagangan skala besar yang semakin kecil. Pada tahun 1990-2011, porsi perdagangan besar mencapai 73,61 persen. Sedangkan, porsi perdagangan eceran hanya 26,39 persen.

Pada tahun 2011, porsi perdagangan besar sudah berkurang menjadi 59,11 persen. Lalu porsi perdagangan eceran naik menjadi 40,89 persen.

Porsi yang semakin besar dari perdagangan eceran ini menunjukkan barang-barang dari sentra produksi sudah bisa langsung didistribusikan melalui ritel, tak lagi melalui grosir atau perdagangan besar. “Dulu dari produsen masuk ke pedagang besar, sekarang dari sentra produksi ke eceran,” katanya.

Meski, imbuh Gita, indikasi itu belum tentu selalu menjadi baik. Alasannya, jika terjadi kenaikan harga di tingkat eceran, pemerintah harus langsung intervensi di sentra produksi, tak lagi melalui pedagang besar atau grosir.

“Misalnya terjadi kenaikan harga beras, pemerintah bisa intervensi di pasar Cipinang dengan menambahkan stok. Sekarang, kalau harga tidak bisa bergerak, kita harus langsung masuk ke sentra-sentra produksi.

Kepentingan untuk intervensi pada kondisi tertentu lebih sulit,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement