Kamis 28 Feb 2013 15:35 WIB

IAGI Desak Tender Terbuka di Blok Mahakam

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Nidia Zuraya
Lapangan Migas Blok Mahakam.
Foto: IST
Lapangan Migas Blok Mahakam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) meminta adanya tender terbuka untuk pemanfaatan migas di Blok Mahakam. Menurut Ketua Umum IAGI Rovicky Dwi Putrohari, ini jalan paling baik untuk menentukan kontrak baru blok gas di Kalimantan Timur tersebut.

Pasalnya, dalam pengelolaan migas seringkali minim keterbukaan pemerintah. "Sehingga pemanfaatan migas ini menjadi tidak optimal, tidak hanya bagi hasil namun juga penyediaan lapangan kerja serta penyediaan SDA untuk kebutuhan dalam negeri," katanya, Kamis (28/2).

Bila Blok Mahakam menggunakan skema ini, ia menuturkan perusahaan nasional bisa masuk dan akan menjadi prioritas. Pasalnya, setelah pemerintah yang menjadi pemilik aset Mahakam 100 persen, pemerintah bisa menunjuk perusahaan nasional untuk menjalankan tender terbuka.

Negara bisa menunjuk Pertamina dan memberikan BUMN itu right to macth, untuk memilih partner dalam mengelola Blok Mahakam. Di sini Total atau perusahaan asing lain bisa mengikuti tender untuk ikut serta mengelola Mahakam.

"Lagipula, sumber daya migas merupakan aset nasional yang pengelolaan harus ditangan komponen bangsa Indonesia semaksimalmungkin dan  dimanfaatkan untuk rakyat," jelasnya. Apalagi, selama 50 tahun terakhir, bangsa Indonesia sudah berpengalaman dalam pengelolaan lapangan migas sehingga memiliki kemampuan keuangan, teknis dan risiko.

"Pertamina sebagai perusahaan milik negara pun telah terbukti mampu melakukan pengelolaan sumber daya migas nasional dengan baik," katanya. Ia yakin bila diberi kepercayaan untuk mengelola lapangan migas besar, perusahaan migas nasional akan lebih berkembang.

Namun tentunya, perusahaan migas nasional perlu melakukan strategi bisnis dan investasi untuk pengendalian risiko. Risiko yang besar di blok ini, juga harus membuat pemilik baru memprioritas pengelolaan Blok Mahakam yang terletak di area produksi bukan eksplorasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement