REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Rakyat Indonesia (BRI) membagikan dividen di atas ketentuan pemerintah, yaitu 30 persen dari laba mencapai Rp 5,55 triliun. Untuk tahun buku 2012, bank plat merah ini mengumpulkan laba mencapai Rp 18,52 triliun.
Direktur Utama BRI, Sofyan Basir, mengatakan rapat umum pemegang saham (RUPS) Kamis (28/2) dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili 86,24 persen seluruh jumlah saham yang dikeluarkan. Dividen pay out ratio tahun ini meningkat dari persentase yang ditetapkan Kementerian BUMN tahun lalu.
Sofyan memaparkan performa beberapa sektor komoditas, khususnya agribisnis dan pertambangan sepanjang 2012 kemarin turun. Banyak perusahaan BUMN yang mengalami penurunan pendapatan dan laba. Oleh karena perusahaan sektor jasa keuangan mencatat kinerja terbaik pada 2012, maka Kementerian BUMN meminta perusahaan jasa keuangannya memberikan kontribusi lebih besar.
"Setelah kami hitung, kemampuan kami dengan 30 persen ini masih sangat aman," kata Sofyan dijumpai ROL di Jakarta, Kamis (28/2). Seperti diketahui, Kementerian BUMN mewajibkan perusahaan perbankan menyetorkan dividen mencapai 20 persen untuk 2012.
Nilai pembagian dividen BRI selama tiga tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Pada 2010, nilai dividennya Rp 93,01 per lembar saham atau meningkat 31,5 persen menjadi Rp 112,28 per lembar saham pada 2011. Tahun ini, dividennya meningkat 84,2 persen menjadi Rp 225,232 per lembar saham. Ini termasuk imbas hasil yang menguntungkan bagi pemegang saham.
Saham emiten berkode BBRI ini mencapai Rp 6.950 per saham akhir 2012. Harga saham ini meningkat 16 kali dibandingkan harga sewaktu melantai perdana di bursa (IPO). Kapitalisasi pasar BRI saat ini mencapai Rp 169,74 triliun dan merupakan yang terbesar keenam di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Direktur Keuangan BRI, Ahmad Baiquni, mengatakan RUPS BRI kali ini menyetujui penggunaan laba bersih BRI untuk tahun buku 2012. Sebanyak 56 persennya disimpan sebagai laba ditahan. "Jumlah laba ditahan ini berkisar Rp 10,37 triliun," ujarnya dalam kesempatan sama. Berikutnya 14 persen atau Rp 2,59 triliun sebagai cadangan untuk mendukung investasi.
Menurut Ahmad, pembagian dividen 30 persen ini masih cukup untuk meningkatkan kredit tahun ini di kisaran 20-22 persen. Dengan asumsi tersebut, maka rasio kecukupan modal (CAR) perusahaan tahun ini diyakininya tetap stabil di atas 15 persen, sekitar 16 persen.