REPUBLIKA.CO.ID, BIAK -- PT PLN (Persero) Operasi Wilayah Indonesia Timur mencanangkan 12 program unggulan. Ke-12 program ini untuk memenuhi target rasio elektrifikasi (RE) menjadi 78 persen hingga akhir tahun ini.
Ke-12 program tersebut adalah pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) Walesi Unit 6 dan 7, Pembangkit Listrik Tenaga Surya Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang PLTS PLTS Kigamani di Kabupaten Dogiyai.
Ketiga, peresmian gedung Kantor PLN Area Jayapura dan gedung PDKB Area Sorong, keempat, Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Gas Biomassa di Biak.
Berikutnya, pembangunan PLTMH di Pulau Numfor dan Pulau Doom, peresmian listrik pintar (LPB) 100 persen di tujuh kabupaten. Ketujuh, pencanangan operasi 24 jam, pencanangan pelayanan teknik pola 3 (pelayanan reaksi cepat 453), penandatangan MoU pembangunan PLTU Biomassa 10 mega watt (mw) di Merauke, excess power PT Power PLTG Salawati dan excess power 10 mw dengan PT Waymon Daya Powergen di Sorong. Program terakhir adalah sinergi PLN wilayah Papua dan Papua Barat dengan Kabupaten Intan Jaya.
Direktur Operasional PT PLN (Persero) Indonesia Timur, Vickner Sinaga, optimistis pencapaian target rasio elektrifikasi menjadi 78 persen di akhir tahun ini bisa tercapai dengan penerarapan ke-12 program unggulan tersebut.
Selain mengandalkan investasi Rp 4,3 triliun di tahun ini untuk Indonesia bagian timur, pihaknya berkomitmen dan bekerja keras menurunkan penggunaan bahan bakar minyak (high speed diesel dan marine fuel oil) hingga di bawah 1 juta kilo liter (kl) dari target yang ditetapkan pada RKAP 2013, yaitu 1,69 juta kl.
Upaya yang akan terus dilakukan PLN di antaranya mengoptimalkan pengoperasian pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTM) atau pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH).
Beroperasinya PLTMH Walesi 6 dan 7 menjadikan ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Wamena, bebas menggunakan BBM di siang hari. Program itu akan terus diupayakan hingga Wamena benar-benar bebas dari ketergantungan BBM dengan mengandalkan potensi air yang tersedia.
"Sehinggan PLN Wamena memberikan konstribusi penghematan BBM sebesar 130 ribu kl per bulan," ujar Vickner.
Manajer PLN Rayon Wamena Yohanis Sudarmono mengklaim Wamena merupakan wilayah pertama di Indonesia yang 100 persen warganya menggunakan listrik prabayar (LPB). Semua rumah-rumah di sana, termasuk pemilik rumah tradisional Papua, yaitu Honai, selalu membayar listrik di depan layaknya menggunakan pulsa prabayar.
Menurut Yohanis, pencapaian 100 persen LPB itu berlaku sejak Oktober tahun 2011. Pencapaian 100 persen itu setara 8 ribu-9 ribu warga, termasuk mereka yang tinggal di rumah adat, Honai. Di dalam rumah adat bisa terdiri dari tiga-empat kepala keluarga (KK).
Mengenai rasio elektrifikasi di Wamena, sudah mencapai 61 persen. Sebanyak 35 persen di antaranya dikontribusi dari PLN. Sisanya dari pemerintah daerah, listrik mandiri dari genset swadaya kampung yang dibiayai program PNPM Mandiri, sel surya, serta dari misionaris.
"Tahun ini, PLN menargetkan penyambungan baru sebanyak 12 ribu pelanggan," ujar Yohanis kepada Republika.
Deputi Manajer Korporat PLN Wilayah Papua dan Papua Barat, Mangatas Hutabalian, menambahkan, pencapaian 100 persen LPB karena program migrasi dari listrik pascabayar menjadi prabayar.
Untuk sosialisasi awal LPB ini, PLN menggandeng Bupati Wamena untuk memasang alat LPB. Pemakaian di rumah bupati mendorong warga mulai percaya keunggulan LPB. "Meski, program ini sudah dikenalkan sejak 2010. Yang lama adalah proses meyakinkan kepada warga dan itu berlangsung selama setahun," kata Mangatas.
Atas pencapaian penggunaan 100 persen listrik pra bayar (LPB) di tujuh kabupaten di Provinsi Papua, PT Museum Rekor Indonesia (MURI) mengganjar penghargaan MURI kepada Direktur Operasi PT PLN Indonesia Timur Vickner Sinaga.
Manajer Senior MURI, Paulus Pangka, mengakui pencapaian itu merupakan rekor yang terjadi pertama kali di dunia. Sebab, lanjutnya, program itu dipenuhi 100 persen di tujuh kabupaten dalam satu provinsi. "Ini hanya terjadi di dunia, daerah atau negara lain belum tentu mampu," jelasnya.
Vickner menjelaskan per akhir 2012, jumlah pelanggan listrik pra bayar mencapai 18,5 juta dari total 50 juta pelanggan. Dengan jumlah 18,5 juta pelanggan LPB, Indonesia menduduki peringkat satu dunia, disusul Afrika Selatan (Afsel). Tahun 2011 lalu, jumlah pelanggan LPB Indonesia di posisi kedua setelah Afsel.